Kamis 09 Dec 2010 01:40 WIB

Pasar LNG Indonesia Terancam Direbut Australia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Pengamat energi, Pri Agung Rakhmanto mengingatkan, pasar gas alam cair (LNG) dari Indonesia terancam direbut Australia dalam beberapa tahun mendatang. "Indonesia mesti cepat merespons keinginan pasar," kata Direktur Eksekutif ReforMiner Institute itu di Jakarta, Rabu.

Pri mencontohkan, lapangan gas Gorgon di Australia berkapasitas 5-15 juta ton per tahun milik Chevron akan mulai memproduksi LNG pada 2014.

Proyek LNG di Australia lainnya yang juga segera berproduksi adalah Pluto milik Woodside dengan kapasitas 4,8 juta ton dan Ichtys milik Total dan Inpex dengan delapan juta ton per tahun.

Menurut Pri, produksi LNG Australia tersebut bersamaan dengan rencana pengembangan lapangan gas Senoro di Sulawesi Tengah yang juga ditargetkan  on stream  pada 2014. "Australia memang siap mensuplai pasar LNG dunia mulai 2014 nanti," katanya.

Proyek-proyek LNG di Australia itu, tambahnya, juga tengah mengincar pasar yang sama dengan Senoro yakni Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan. "Kalau Senoro tidak segera ada kepastian produksi, maka kemungkinan akan direbut produsen Australia," ujarnya.

Hal senada dikemukakan Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana. Menurut dia, DPR berkepentingan agar proyek Senoro segera terealisasi. "Kelanjutan proyek Senoro sangat dinantikan mengingat sudah lebih dari 20 tahun tidak dikembangkan," ujarnya.

Pri Agung juga mengatakan, Jepang, Korea, dan Taiwan tidak mungkin menunda kebutuhan gasnya karena akan menghentikan kegiatan perekonomiannya. "Para konsumen itu akan mencari produsen LNG yang memberi kepastian pasokan," katanya.

Direktur Eksekutif Indonesia Energy Review (IER) Aris Eko Sedijono juga melihat Australia sedang berusaha merebut pasar LNG dunia dengan sejumlah proyek yang sedang dibangun dan ditargetkan akan beroperasi di tahun 2014-2015.

Menurut dia, dengan produksi LNG yang besar, maka Australia tentu berupaya keras mendapatkan pasar, termasuk yang selama ini di pasok Indonesia yaitu Jepang, Korea Selatan dan Taiwan.

Di tambah lagi, progres pembangunan terminal penerima LNG di beberapa negara juga masih sangat lamban yang membuat pasar ditentukan konsumen.

Di sisi lain, lanjutnya, Indonesia juga tengah menyiapkan Senoro berkapasitas dua juta ton per tahun dan dilanjut dengan Masela dengan volume lima juta ton per tahun, East Natuna, Gehem-Gendalo, dan juga peningkatan kapasitas Tangguh. "Karenanya, mesti pula dicermati, kemungkinan upaya pihak-pihak tertentu yang mengajukan kasus Senoro ke KPPU, agar Australia dapat merebut pasar LNG yang juga dibidik Indonesia," ujarnya.

Saat ini, menurut Aris, Indonesia merupakan eksportir LNG terbesar ketiga di dunia dengan volume 20 juta ton per tahun atau setelah Malaysia di posisi kedua sebanyak 22 juta ton, dan Qatar yang menempati posisi pertama dengan 28 juta ton per tahun.

Sementara pasar LNG dunia masih didominasi Jepang yang menempati urutan pertama importir terbesar sebanyak 65 juta metrik ton per tahun, Korea Selatan di posisi kedua dengan 34 juta ton dan Spanyol 24 juta ton.

Proyek pengembangan Senoro kini masih terganggu dengan kasus dugaan persaingan tidak sehat di Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). PT DS LNG selaku pengembang kilang Senoro masih menanti kepastian kasus tersebut.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement