Kamis 02 Dec 2010 03:02 WIB

BPS: Stabilkan Harga Beras Untuk Kendalikan Inflasi

Beras, komoditas utama yang mempengaruhi inflasi
Foto: Andika Wahyu/Antara
Beras, komoditas utama yang mempengaruhi inflasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Rusman Heriawan mengatakan pemerintah perlu menstabilkan harga beras untuk mengendalikan inflasi yang semakin meningkat hingga akhir tahun. "Desember sekarang ada potensi untuk inflasi, untuk itu pemerintah harus mengendalikan harga beras," ujarnya dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/12).

Ia mengatakan hal tersebut, karena hingga November 2010 inflasi tahun kalender telah mencapai 5,98 persen, melampaui asumsi pemerintah sebesar 5,3 persen. Menurut dia, penyebab dominan meningkatnya angka inflasi karena harga komoditas terutama beras dan minyak goreng, yang saat ini meningkat.

"Dari laporan Operasi Pasar, harga beras sekarang menjadi stuck tapi tidak naik lagi, ada yang menurun namun belum signifikan. Menurut saya, Operasi Pasar hanya menahan harga tidak meningkat, tapi belum menurun," ujar Rusman.

Ia menjelaskan, harga minyak goreng juga meningkat karena produsen kelapa sawit (crude palm oil/CPO) lebih senang untuk melakukan ekspor dibanding mengamankan stok dalam negeri, karena harga CPO yang meningkat di pasar internasional.

"Kalau ingin inflasi Desember tidak liar, pemerintah harus mampu mem-maintain beras dan minyak goreng," ujarnya.

Selain itu, kenaikan harga gula pasir sebesar 2 persen dibandingkan Oktober juga patut diwaspadai serta harga cabe merah mengalami kenaikan 12,16 persen karena kondisi cuaca yang tidak menentu.

"Gula pasir walau tidak tercatat sebagai penyumbang inflasi, namun naik 2 persen dibandingkan Oktober. Ini harus ada perhatian. Apalagi sekarang hujan terus dan mempengaruhi produksi cabe," ujarnya.

Ia melanjutkan potensi inflasi pada Desember juga disebabkan adanya hari raya Natal dan Tahun Baru, karena kemungkinan adanya peningkatan persedian barang. "Menjelang natal dan tahun baru, walau tidak seperti lebaran, ada kenaikan demand," ujarnya.

Menurut Rusman, dengan inflasi tahun kalender telah mencapai 5,98 persen dibutuhkan keajaiban agar inflasi tahun ini tidak mencapai 6 persen, karena ruang tersisa hanya sebesar 0,02 persen.

"Kesimpulannya, dibutuhkan kejadian luar biasa agar terjadi keajaiban deflasi dan inflasi tidak tembus 6 persen," ujarnya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi bulan November mencapai 0,60 persen. Dengan demikian inflasi tahun kalender selama Januari hingga November sebesar 5,98 persen, sedangkan inflasi (yoy) dibandingkan tahun lalu mencapai 6,33 persen.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement