Kamis 06 Feb 2025 17:02 WIB

IHSG Loyo, Sektor Keuangan Turun Paling Dalam Karena Kebijakan Ini

IHSG ditutup melemah 148,69 poin atau 2,12 persen ke posisi 6.875,54.

Pekerja mengamati layar yang menampilkan data pergerakan perdagangan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2025). IHSG ditutup melemah 148,69 poin atau 2,12 persen ke posisi 6.875,
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pekerja mengamati layar yang menampilkan data pergerakan perdagangan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Kamis (2/1/2025). IHSG ditutup melemah 148,69 poin atau 2,12 persen ke posisi 6.875,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (6/2/2025) sore ditutup melemah di tengah penguatan bursa saham kawasan Asia dan global. IHSG ditutup melemah 148,69 poin atau 2,12 persen ke posisi 6.875,54. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 23,83 poin atau 2,97 persen ke posisi 777,64.

"Dari dalam negeri, IHSG tertahan di zona melemah, pasar khawatirkan pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini (2025) pasca merespons rilis data PDB 2024, serta juga terkait dengan Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 tentang efisiensi belanja dan pelaksanaan APBN dan APBN yang mencapai Rp306 triliun," sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.

Baca Juga

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2024 sebesar 5,03 persen year on year (yoy), atau lebih rendah dari pencapaian tahun 2023 dan 2022 yang sebesar 5,05 persen (yoy) dan 5,31 persen (yoy).

Sementara itu, kebijakan efisiensi APBN dan APBD dikhawatirkan akan memberikan dampak terhadap perekonomian nasional, yang dikhawatirkan akan ada program kerja yang di hapus dan juga pemangkasan anggaran tidak dilakukan secara selektif.

Sehingga, berpotensi berdampak negatif terhadap investasi publik, penciptaan lapangan kerja, serta produktivitas tenaga kerja, dan menurunkan daya beli masyarakat.

Selain itu, juga dikhawatirkan akan berdampak terhadap PDB tahun 2025, yang mana konsumsi pemerintah memberikan kontribusi terhadap PDB.

Sementara itu, pasar saham Asia menguat, pasar mempertimbangkan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang lemah

Data aktivitas sektor jasa AS secara tak terduga melambat pada Januari 2025 di tengah permintaan yang menurun, purchasing managers index (PMI) non-manufaktur AS turun menjadi 52,8 di Januari dari sebelumnya 54,0 di Desember.

Selain itu, pasar mempertimbangkan meredanya kekhawatiran atas perang dagang global setelahnya sebelumnya ada penundaan dan berharap terealisasi diskusi antara Presiden Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping dalam membahas perkembangan perdagangan serta ekspektasi untuk pemangkasan suku bunga The Fed.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement