Jumat 12 Nov 2010 05:36 WIB

BI Siapkan Kebijakan Atasi Arus Modal Asing

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bank Indonesia menyiapkan sejumlah skenario kebijakan untuk mencegah terjadinya gejolak ekonomi akibat pembalikan arus modal asing yang masuk ke Indonesia. "Kita punya banyak variasi skenario untuk menyiapkan diri atas kemungkinan terjadinya reversal (pembalikan) capital inflows," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Budi Mulya, di Jakarta, Kamis.

Menurutnya, beberapa skenario itu, antara lain menetapkan kebijakan untuk menahan kepemilikan SBI lebih dari satu bulan atau lebih lama dibanding kebijakan yang berlangsung sekarang. "Itu bisa saja dilakukan tergantung situasinya. Kita lihat saja perkembangannya," kata Budi Mulya.

Dijelaskannya, kondisi ekonomi global yang belum pulih mengakibatkan arus modal asing mencari negara-negara yang memberikan keuntungan besar yaitu di negara-negara emerging market termasuk Indonesia.

Sampai Oktober, porsi kepemilikan asing di Surat Utang Negara (SUN) mencapai Rp189,51 triliun atau 30,9 persen. Sementara porsi kepemilikan asing di SBI mencapai Rp70,87 triliun atau 31,5 persen.

Mengenai tingginya kepemilikan asing di SUN, Budi Mulya mengatakan, Bank Indonesia dan Pemerintah telah berkoordinasi untuk menjaga agar dana asing di SUN tidak membahayakan ekonomi nasional jika terjadi reversal. "Kita telah berkoordinasi sebagai otoritas moneter dan fiskal. Itu merupakan concern bersama kita," katanya.

Sedangkan mengenai suku bunga BI (BI rate), menurut Budi Mulya, penetapannya tergantung ekspektasi inflasi ke depan. "BI confident pencapaian target inflasi," katanya. BI, Kamis, menghentikan sementara lelang SBI tiga bulan. Selain untuk mengarahkan penyerapan ekses likuiditas ke instrumen yang lebih panjang, kebijakan ini juga untuk membatasi kepemilikan asing.

Untuk mengganti SBI tiga bulan, BI melakukan lelang instrumen Term Deposit (TD) tiga bulan yang tidak bisa dimiliki oleh asing karena tidak dijual di pasar sekunder dan hanya berupa transaksi antara BI dan perbankan.

sumber : ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement