REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA–-Pemulihan ekonomi global yang tidak berimbang, menjadikan ekonomi tak bisa bergantung pada ekspor. Konsumsi dalam negeri dan investasi menjadi sandaran. Aliran dana dari negara maju ke emerging market masih akan berlanjut.
‘’Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa proses pemulihan ekonomi global belum berimbang dan masih diliputi ketidakpastian,’’ kutip Kepala Biro Hubungan Masyarakat BI Difi A Johansyah dalam siaran pers, Kamis (4/11). Ketidakberimbangan terjadi dengan kecenderungan perlambatan di negara maju dan moderasi pertumbuhan di emerging markets.
‘’Hal ini berpotensi menurunkan permintaan eksternal terhadap ekspor dari negara emerging economies, termasuk Indonesia, meskipun dengan kecenderungan harga komoditas global yang meningkat,’’ ujar Difi. Di sisi lain aliran masuk modal asing ke emerging economies, tambah dia, akan berlanjut.
Difi mengatakan aliran modal masuk ini memiliki faktor pendorong dan penarik. ‘Faktor pendorong’ adalah ekses likuiditas global dan langkah lanjutan kebijakan moneter akomodatif di negara maju. Sementara ‘faktor penarik’ adalah kuatnya fundamental ekonomi, tingginya imbal hasil, dan membaiknya persepsi risiko di negara emerging ecomomies.
Dewan Gubernur BI, kata Difi, menilai akselerasi pertumbuhan ekonomi masih akan terus didorong konsumsi dan perbaikan investasi. Kuatnya konsumsi dalam negeri didukung antara lain oleh membaiknya faktor daya beli, peningkatan dukungan pembiayaan, serta perbaikan kepercayaan konsumen dan dunia usaha.
Sementara perbaikan investasi berlanjut sejalan dengan implementasi berbagai kebijakan yang pro-investasi, perbaikan persepsi pasar terhadap perekonomian, peningkatan pembiayaan serta penurunan harga impor barang modal.
BI menilai ekspor masih akan tetap tumbuh tinggi, meskipun melambat dibandingkan periode sebelumnya. Hal ini karena adanya dukungan dari negara mitra dagang Indonesia, seperti Cina dan India, serta peningkatan harga komoditas.
Aliran modal masuk dan ekspor yang tinggi, masih mencatatkan surplus di neraca pembayaran Indonesia (NPI). Transaksi modal dan finansial juga mencatatkan surplus. Posisi cadangan devisa saat ini adalah 91,799 miliar dolar Amerika. Cadangan ini setara dengan 6,93 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Angka cadangan ini masih terus memperbaiki ‘rekor’ sepanjang tahun ini.