Selasa 18 Mar 2025 14:14 WIB

Perang Dagang Bikin Ekonomi Dunia Reset, Indonesia Bisa Ambil Peluang?

Fenomena ini bisa dimanfaatkan Indonesia dengan mengisi pasar.

Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (26/9/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (26/9/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Faisol Riza menyatakan Indonesia bisa memanfaatkan proses 'penataan ulang' (resetting) ekonomi global untuk memperkuat kualitas neraca dagang. Sehingga, diharapkan lebih banyak memberi keuntungan bagi Indonesia.

"Makanya kita berharap peluang ini bisa dimanfaatkan betul oleh industri untuk bisa masuk ke dalam proses baru resetting ekonomi global ini," kata dia ditemui usai acara Bazar Ramadhan 2025 di Jakarta, Selasa (18/3/2025).

Baca Juga

Dikatakan dia, negara yang tengah melakukan resetting perdagangan yakni Amerika Serikat (AS) dan China, sehingga fenomena ini bisa dimanfaatkan Indonesia dengan mengisi pasar di negara-negara yang mengalami tekanan dari perubahan ekonomi global tersebut.

Pemanfaatan pasar dan penguatan neraca dagang Indonesia salah satunya dengan mendorong ekspor produk makanan dan minuman (mamin), mengingat sektor tersebut merupakan salah satu industri unggulan.

"Industri mamin salah satunya menurut saya menjadi keunggulan kita untuk bisa mengisi kebutuhan pasokan pangan maupun pasokan makanan minuman global. Mudah-mudahan ini juga di-support oleh bahan-bahannya," katanya.

Peneliti pada Pusat Ekonomi Makro dan Keuangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Ragimun menyatakan pemerintah perlu memperbanyak (diversifikasi) produk olahan nonmigas dan mencari pasar ekspor baru atau memperkuatnya, guna menjaga neraca dagang Indonesia.

Dia menyatakan merujuk pada neraca perdagangan Indonesia yang pada Februari 2025 berhasil mencatatkan surplus sebesar 3,12 miliar dolar AS atau Rp 52,4 triliun (kurs Rp 16.380), hal ini menjadi sinyal positif majunya sektor pengolahan nonmigas dalam negeri.

"Ya bagus surplus, apalagi sektor nonmigas. Berarti menunjukkan beberapa komoditas sedang mengalami rising star. Hanya saja biasanya negara tujuannya itu-itu saja, seperti Amerika Serikat, China atau India," katanya.

Meski mengalami surplus, namun kualitas dari keuntungan perdagangan Indonesia mengalami penurunan dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 3,45 miliar dolar AS atau Rp 56,5 triliun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement