REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kepemilikan asing terhadap surat utang negara terus meningkat. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan Kepemilikan asing per 27 September 2010 sudah mencapai 28,18 persen atau sekitar Rp 180 triliun dari total SBN tradable (dapat diperdagangkan) sebesar Rp 642 triliun.
Jumlah ini meningkat hampir 10 persen jika dibandingkan pada posisi Januari 2010 yang hanya RP 115,02 triliun atau sekitat 19,48 persen dari total SBN tradable Rp 590,15 triliun. Angka tersebut juga mendekati kepemilikan Bank yang pada 24 September lalu telah mencapai Rp 230,4 triliun.
Direktur Jenderal Pengelolaan Utang Kementrian Keuangan, Rahmat Waluyanto, mengatakan meningkatnya porsi Asing tersebut tidak terlepas dari fundamental ekonomi indonesia yang terus membaik. "Untuk jangka panjang Indonesia yang paling bagus," ujarnya kepada Republika, Rabu (29/9).
Bahkan, lanjut Rahmat, rating indonesia selama satu tahun terakhir terus mengalami kenaikan. Sebagai gambaran Lembaga pemeringkat kredit Jepang, Japan Credit Rating Agency (JCR), menaikkan peringkat Indonesia ke level investment grade beberapa waktu lalu
Lembaga ini menaikkan peringkat foreign currency longterm senior debt Indonesia, dari semula BB+ menjadi BBB-. Sedangkan peringkat local currency long-term senior debt Indonesia dari semula BBB- menjadi BBB. Kedua peringkat mendapat outlook stable. Ini merupakan peringkat investment grade pertama yang didapat Indonesia seusai krisis Asia.
Rahmat menilai tingginya minat asing pada obligasi Indonesia tidak terlepas dari menariknya yield yang diberikan. Disisi lain kondisi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa yang belum pulih sepenuhnya. Sehingga, kata dia, bunga pasar (mereka) ditahan pada tingkat yang rendah.