Jumat 27 Aug 2010 03:02 WIB

Subsidi Nonharga Bisa Tekan Harga Beras

Rep: EH Ismail/ Red: Budi Raharjo
Ilustrasi
Foto: Prayogi/Antara
Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang berhasil melakukan swasembada beras. Namun demikian, harga beras Indonesia ternyata merupakan harga beras termahal di dunia untuk kualitas sejenis.

Profesor Riset Bidang Ekonomi dan Kebijakan Pertanian pada Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Mohammad Husein Sawit, mengatakan disparitas harga beras dalam negeri dengan harga beras dunia mempunyai kerugian tersendiri bagi Indonesia. Di antara kerugian yang dialami Indonesia adalah masuknya beras impor ilegal melalui pelabuhan-pelabuhan di seluruh nusantara.

''Paling banyak masuknya melalui Selat Malaka, sampai 95 persen dari keseluruhan beras impor ilegal di Indonesia,'' kata Husein kepada Republika di Jakarta, Kamis (26/8).

Husein tak memiliki data persis jumlah beras impor ilegal yang masuk Indonesia. Namun berdasarkan perkiraan kasar, jumlahnya mencapai 200 ribu sampai 300 ribu ton per tahun. ''Memang sedikit, tapi jumlah ini penyakit,'' kritiknya.

Dia melanjutkan, mahalnya harga beras nasional tidak terlepas dari orientasi kebijakan pemberian subsidi kepada petani. Pemerintah, kata Husein, selalu berorientasi pada subsidi harga yang berbentuk Harga Pembelian Pemerintah (HPP), potongan harga pupuk, dan potongan harga benih.

Padahal, negara-negara produsen beras di dunia lebih memfokuskan pada pemberian subsidi nonharga kepada petani. Di negara-negara seperti India, Pakistan, Cina, Korea, Jepang, Amerika Serikat, dan negara-negara Eropa, subsidi lebih ditekankan kepada penyediaan irigasi, jalan desa, dan alat-alat dukung produksi pertanian. ''Dengan pemberian subsidi nonharga, terbukti petani mereka bisa terus meningkatkan produksi secara berkesinambungan,'' jelas Husein.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement