REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Rencana pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik (TDL) sebesar 15 persen tahun depan menuai penolakan hampir dari seluruh kalangan, terutama dari dunia usaha. Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Sofjan Wanandi, mengaku kaget dengan rencana pemerintah ini dan menyatakan dengan tegas akan menolaknya.
''Kita hampir pingsan mendengarnya, baru saja kita dikejutkan dengan kenaikan TDL 18 persen, bagaimana kita bisa berkompetisi kalau ongkos listrik naik terus,'' kata Sofjan saat dihubungi, Selasa (17/8). ''Kita minta Pemerintah memiliki pengertian terhadap dunia industri dan DPR untuk tidak setuju dengan rencana kenaikan ini,'' kata dia.
Sofjan mengungkapkan, Jumat pekan ini ia akan mengumpulkan semua asosiasi yang ada untuk membahas masalah ini. ''Kita akan menanyakan kemampuan mereka,'' kata dia. Menuu Sofjan, hampir semua asosiasi yang menghubungi dirinya menyatakan sudah tidak sanggup lagi jika dibebani kenaikan TDL lagi.
Menurut Sofjan, jika begini (dibebankan kenaikan TDL) terus terpaksa para pengusaha akan mengurangi produksi dalam negeri dan lebih banyak impor. ''Mereka mengaku memilih untuk mengimpor dari pada memproduksi dalam negeri. Pemerintah harus mengerti,'' kata Sofjan.
Apalagi kata Sofjan, proses impor justru lebih mudah masuk. ''Sekarang enggak perlu bayar bea masuk,'' kata dia. Sofjan mengungkapkan, dalam catatannya, pada periode dua hingga tiga bulan belakangan ini barang impor naik hingga 70 persen. Sehingga tidak aneh jika pengusaha lebih baik memilih untuk mengimpor dari pada mengekspor.''Kalau kejadiannya sampai begini kasihan buruh. Kita minta pengertian pemerintah,'' kembali Sofjan.
Sofjan berharap pemerintah dan DPR mengerti jangan sampai hal ini terjadi. ''Kasih nafas dulu industri kita supaya bisa berporduksi, ini juga membantu supaya rakyat bisa bekerja,'' katanya.. Sofjan kembali mengingatkan, bahwa hampir seluruh asosiasi semuanya menolak dengan rencana kenaikan ini. ''Tahun ini saja kita tidak bisa menaikkan produksi lagi. Kalah bersaing dengan negara-negara tetangga, apalagi dengan Vietnam yang ongkos listriknya lebih murah,'' kata Sofjan.