REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi Agus Sarwono, di Jakarta, Jumat (29/7) mengatakan bahwa BI akan terus memantau pergerakan kurs dan menjaga di pasar agar penguatan rupiah tidak terlalu cepat. Nilai tukar rupiah yang lama berada di posisi Rp9.000,00-an per dolar AS, pada Jumat ini terus menguat dan berada di posisi Rp8.953,00 per dolar AS.
Menurut Hartadi, rupiah Jumat ini menguat 0,28 persen ke Rp8.953,00 per dolar AS karena faktor nilai tukar dolar AS yang melemah dalam skala global. "Pelemahan dolar karena keprihatinan pasar bahwa pemulihan ekonomi AS dikhawatirkan melambat," katanya
Beberapa data ekonomi AS terakhir memang menurun. "Sebaliknya, ekspektasi data ekonomi beberapa negara Asia terus membaik. Seluruh mata uang Asia menguat, kecuali Thailand," kata Hartadi.
Ia menjelaskan ekspektasi dolar AS yang melemah ditambah oleh harapan setelah Indonesia masuk ke tingkat "investment grade" serta inflasi yang terkendali, juga membuat banyak investor asing masuk ke SUN. Yield SUN dengan jangka waktu 10 tahun saat ini mencapai 8.05 persen dan diperkirakan akan turun lagi.
Posisi SUN asing per 29 Juli Rp171, 5 triliun, atau naik Rp9,8 triliun selama Juli. Sementara posisi SBI per 29 Juli sebear Rp41,2 triliun atau turun Rp0,6 triliun selama Juli. Adapun aliran dana asing ke saham selama Juli mencapai Rp4,8 triliun.
Rupiah pada Jumat sore di pasar spot antarbank berada di level Rp8.950,00-Rp8.960,00 per dolar AS, naik 25 poin dari hari sebelumnya Rp8.975,00-Rp8.985,00 karena faktor positif makin meningkat terhadap pasar uang.