REPUBLIKA.CO.ID,LONDON--Dana Moneter Internasional (IMF) saat ini tengah mencari tambahan 250 miliar dolar AS untuk menggenapkan dana cadangan pinjaman mereka menjadi 1 triliun dolar AS untuk membangun jaring pengaman krisis keuangan. Ketimbang semata-mata menanggapi krisis dengan pemberian paket pinjaman tertentu, IMF ingin perencanaan keuangan dilakukan segera dan khusus dibuat secara individual per negara.
Hal ini untuk mendinginkan ketegangan pasar karena sejumlah negara di ambang kehancuran likuiditas. ''Bahkan ketika tidak di waktu krisis, dana yang besar adalah sesuatu yang bisa membantu kita mencegahnya. Walau peran regulator keuangan berkurang, tidak berarti kita tidak butuh tenaga besar. Dana senilai 1 triliun dolar AS adalah perkiraan yang tepat,'' kata Dominique Strauss-Khan, seperti dikutip The Financial Times, Senin (19/7).
Sementara itu, Korea Selatan selaku Presiden G20 tahun ini, membantu IMF membuatkan rencana. Mereka berharap bisa meyakinkan negara-negara lain dalam pertemuan di Korsel, November mendatang. Korsel menyusun proposal itu berpijak dari pengalamannya menghadapi krisis saat mata uang dan pasar sahamnya terjun bebas pada 2008. Walau memiliki fondasi ekonomi yang kokoh, mereka tetap membutuhkan bantuan pinjaman dari AS, Jepang dan Cina untuk menyelamatkan diri dari kebangkrutan.
Seorang pejabat AS mengatakan, pihaknya tidak yakin dengan rencana penguatan jaring pengaman namun ingin meneliti lebih lanjut proposal Korsel-IMF. Sementara, pejabat keuangan lain, William Murray belum mau berkomentar banyak. ''AS akan datang sudah punya sikap dalam pertemuan G20 November nanti di Seoul mengenai penambahan dana IMF,'' katanya ketika dihubungi Bloomberg.
Untuk mencegah krisis kembali terulang, pasar perlu mengetahui fasilitas yang disiapkan IMF untuk mengangani ini. Demikian ungkap penasihat ekonomi internasional presiden Korsel, Shin Hyun-song. ''Hal ini ditujukan untuk menyelamatkan spiral likuiditas yang kita lihat setelah episode Lehman di 2008,'' kata Shin.