REPUBLIKA.CO.ID,MEDAN--Bank Dunia tertarik lagi memberikan pinjaman untuk pengembangan sawit setelah sebelumnya tahun lalu menghentikan pengucuran dana karena isu lingkungan dan sosial. "Bank dunia sedang mencari strategi baru untuk ikut membantu pengembangan kelapa sawit dunia karena sektor itu dinilai memberikan kontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi dan pengentasan kemiskinan dan langkah itu dimulai dengan mengangkat empat orang ahli di persawitan dunia sebagai external advisory group bank itu. Dari Indonesia, saya," kata Derom Bangun, di Medan, Rabu.
Selain Derom Bangun yang merupakan pimpinan PT Kinar Lapiga, Medan, terpilih sebagai penasehat eksternal kelompok Bank Dunia itu masing-masing Akinwumi Adesina dari Afrika, Christopher M Wille dari Amerika Serikat dan Marcello Brito dari Brazil. Dia menjelaskan, sejak 1990 hingga Agustus 2009, pinjaman International Finance Corporation (IFC) ke Indonesia misalnya sebesar 168,5 juta dolar AS untuk tujuh proyek sawit dan untuk di Thailand sejumlah 4,7 juta dolar AS.
Namun, setelah itu, hingga dewasa ini kelompok Bank Dunia itu belum ada mengucurkan kredit dengan dalih isu negatif tentang sawit tersebut. "Tetapi dewasa ini Bank Dunia ingin kembali memberikan kontribusi lagi bagi persawitan dunia dan untuk merumuskan strategi kelapa sawit itu, kelompok Bank Dunia sudah melakukan konsultasi di Indonesia, Ghana Afrika, Costa Rica Amerika Latin dan Amsterdam," kata Derom yang menjabat Second Vice President di RSPO itu.
Hasil-hasil konsultasi itu sudah terkumpul dan menjadi acuan pembahasan lebih lanjut. Minggu depan, empat anggota tim penasehat eksternal itu akan mengadakan rapat pembahasan bersama pejabat IFC di Washington DC, Amerika Serikat, ujar Derom.
Menurut Bangun yang pernah mendapat penghargaan dari Menteri Lingkungan Hidup yang ketika itu masih dijabat Emil Salim, kelapa sawit menjadi perhatian dunia karena perannya yang paling besar diantara semua jenis minyak dan lemak pangan. Dewasa ini, katanya, kebutuhan dunia akan minyak dan lemak itu mencapai 169 juta ton dimana kontribusii sawit paling besar atau 46,6 juta ton.
"Indonesia sendiri tercatat sebagai penghasil minyak sawit terbesar atau 22 juta ton dan itu juga yang menjadi Indonesia menjadi perhatian dunia dan termasuk Bank Dunia itu," kata Derom. Kelompok Bank Dunia itu berharap, pengembangan sawit dunia semakin berkembang tetapi juga harus menghindari kerusakan lingkungan dan sosial.