REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai kajian pemerintah untuk berikan bantuan langsung tunai (BLT) berupa pemotongan rekening listrik untuk pelanggan 1.300 volt ampere (VA) ke bawah dinilai cukup positif. Hanya saja, konsep pemberian BLT tersebut haruslah dipaparkan secara menyeluruh.
''Ya, itu sebetulnya langkah positif sebagai alternatif pemberian BLT. Jadi, tidak bentuk langsung lewat uang seperti selama ini. Tapi, kajian pemberian BLT harus jelas,'' kata Ketua YLKI, Huzna Zahir, saat dihubungi Republika, di Jakarta, Rabu (9/6).
Pasalnya, ia menambahkan, selama ini konsep BLT yang ada belum jelas. Dikarenakan BLT menggunakan uang negara, dia mempertanyakan keberlangsungan umur pemberian BLT. Ia mempertanyakan sampai kapan BLT akan diberikan.
''Konsep BLT harus dipaparkan menyeluruh karena selama ini belum jelas. Siapa yang berhak menerima dan sampai kapan akan diberikan. Selama ini kan BLT terkesan bantuan proyek-proyek,'' kritiknya.
Untuk itu, ia menyarankan agar pemerintah mengkajinya lebih utuh, sehingga tidak hanya melempar wacana saja ke publik. Termasuk juga membahas kebijakan energinya jika berhubungan dengan BLT yang diwacanakan untuk mengurangi beban masyarakat atas naiknya tarif dasar listrik (TDL).