Rabu 30 Apr 2025 01:34 WIB

Negara Ini Boikot Coca-Cola bukan karena Soal Israel, Ini Alasannya

Penjualan Coca-cola turun di sejumlah negara karena sentimen perang Israel.

Botol Coca Cola dan Pepsi dipajang di supermarket di Moskow, Rusia, 09 Maret 2022. Akibat sanksi Barat terhadap Rusia, perusahaan seperti Coca-Cola,  mengumumkan pembatasan bisnis mereka di Rusia.
Foto: EPA-EFE/MAXIM SHIPENKOV
Botol Coca Cola dan Pepsi dipajang di supermarket di Moskow, Rusia, 09 Maret 2022. Akibat sanksi Barat terhadap Rusia, perusahaan seperti Coca-Cola, mengumumkan pembatasan bisnis mereka di Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID,LONDON -- Masyarakat Denmark memboikot Coca-Cola. Boikot tersebut melihat volume penjualan Coca-cola menurun sementara pesaing lokal mendapatkan pangsa pasar akibat penurunan tersebut.

CEO Carlsberg Jacob Aarup-Andersen mengatakan hal itu pada Selasa (29/4/2025). Produsen bir ini mengemas minuman Coca-Cola di Denmark. Carlsberg, yang juga menjual bir Kronenbourg dan minuman ringan seperti Tuborg Soda, mengatakan bahwa volume penjualan Coke di Denmark "sedikit turun,". “Ada peningkatan boikot konsumen terhadap merek-merek AS," katanya.

Baca Juga

Konsumen telah meninggalkan merek-merek seperti Tesla, produk-produk seperti wiski AS dan rencana perjalanan AS sebagai protes atas tarif AS, kebijakan luar negeri, atau aktivitas politik Elon Musk.

Boikot tersebut dipicu setelah Presiden Donald Trump menyarankan agar AS mengambil alih Greenland, wilayah Denmark. Di Denmark, beberapa merek lokal telah memperoleh pangsa pasar dengan mengorbankan merek-merek AS seperti Coke, Aarup-Andersen mengatakan kepada investor dalam panggilan pendapatan kuartal pertama Carlsberg.

Coca-Cola menolak berkomentar. Perusahaan tersebut sering menghadapi boikot secara global karena keunggulannya sebagai minuman bersoda terlaris di AS. Tahun lalu, penjualannya di Pakistan, Mesir, dan negara-negara mayoritas Muslim lainnya anjlok karena konsumen beralih ke merek lokal sebagai protes atas dukungan AS terhadap Israel dalam yang menjajah Palestina.

Coca-Cola kini merasakan dampak boikot dari konsumen Hispanik di AS dan Meksiko atas sebuah video yang konon memperlihatkan perusahaan tersebut memberhentikan staf Latinnya dan melaporkan mereka ke otoritas imigrasi. Perusahaan tersebut mengatakan bahwa video tersebut palsu.

CEO Coca-Cola, James Quincey, mengatakan bahwa perusahaan tersebut fokus untuk pulih dari boikot tersebut, yang khususnya berdampak pada bisnisnya di AS bagian selatan. Coca-Cola tidak merujuk pada boikot di Denmark selama permbicaraan dengan para analis pada hari Selasa, tetapi mengatakan bahwa mereka melihat beberapa sentimen konsumen yang negatif di Eropa.

Namun Aarup-Andersen mengatakan baik Coca-Cola maupun Pepsi yang juga dibotolkan oleh Carlsberg, yang dijual di Denmark diproduksi di pabrik bir Denmark oleh pekerja Denmark.

"Jadi, dari sudut pandang kami, ini adalah merek Denmark," katanya, seraya menambahkan bahwa Carlsberg tidak mendukung atau menentang boikot dan menghormati keputusan orang.

“Portofolio minuman ringan Carlsberg secara keseluruhan di Denmark meningkat, dan pukulan terhadap Coca-Cola "tidak dramatis" dalam hal volume keseluruhan,” kata Aarup-Andersen.

Perusahaan bir itu memperingatkan pada hari Selasa bahwa tarif AS dapat memengaruhi pengeluaran konsumen dan biaya bahan baku di masa mendatang.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement