REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta, Selasa sore (1/6) bergerak melemah akibat kekhawatiran melemahnya euro terhadap mata uang utama dunia yang mendorong pelaku pasar membeli dolar.
Hingga sekitar pukul 16.00 WIB, rupiah ditransaksikan pada 9.240/9.250 per dolar AS, melemah 75 poin dibanding posisi penutupan hari sebelumnya 9.165/9.175 per dolar AS.
Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, mengatakan, pelaku pasar makin antusias melepas rupiah akibat melemahnya euro terhadap mata uang Asia lainnya.
Meski laporan Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa laju inflasi Mei 2010 hanya 0,29 persen, lebih baik dibanding bulan sebelumnya, tekanan terhadap rupiah terus berlangsung.
Data inflasi terakhir, kata Kostaman, bisa membuat rupiah berpeluang menguat pada perdagangan kedepan, termasuk kemungkinan Bank Indonesia mempertahankan suku bung acuan (BI Rate) pada 6,5 persen.
Ekonom Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan memproyeksikan nilai tukar rupiah hingga akhir tahun ini akan menguat ke level 8.800 per dolar AS, walaupun terjadi krisis ekonomi Eropa Selatan (Yunani, Irlandia, Portugal dan Spanyol).
Krisis yang terjadi di Yunani dan berlanjut ke negara Portugal, Spanyol dan Irlindia diperkirakan dampaknya tidak sebesar krisis finansial AS pada 2008, katanya.
Menurut dia, krisis di Eropa tidak sebesar AS, sehingga investor tetap memburu aset dari negara-negara dengan fundamental ekonomi yang baik yakni Asia.