Kamis 20 Nov 2025 15:34 WIB

Airlangga Ungkap Impor BBM dan LPG dari AS Tetap Lewat Proses Lelang

Indonesia sedang menunggu perjanjian tarif resiprokal dengan Amerika Serikat.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (16/9/2025).
Foto: BPMI Setpres
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (16/9/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan impor bahan bakar minyak (BBM) maupun LPG dari Amerika Serikat (AS) tetap melalui proses lelang atau bidding bagi vendor AS.

“Impor langsung itu nanti pasti ada bidding. Untuk vendor (penyedia migas) Amerika-nya pasti ada bidding,” kata Airlangga ketika dijumpai di Jakarta, Kamis (20/11/2025).

Baca Juga

Saat ini, kata Airlangga, pemerintah Indonesia sedang menunggu perjanjian tarif resiprokal dengan Amerika Serikat. Apabila perjanjian tarif resiprokal tersebut sudah disepakati oleh Indonesia maupun Amerika Serikat, ia mengatakan barulah muncul nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) yang akan menjadi produk turunan dari perjanjian tarif resiprokal antara Indonesia dengan Amerika Serikat.

“MoU sudah dibuat, itu sudah ada mekanismenya. Kami sedang menunggu perjanjian tarif resiprokal dengan Amerika Serikat,” kata Airlangga.

Dalam kesempatan tersebut, Airlangga juga mempersilakan apabila stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) swasta di Indonesia tertarik mengimpor BBM maupun LPG dari AS.

“Kalau swasta ingin (impor dari AS), boleh,” kata Airlangga.

AS menyetujui penurunan tarif bagi sejumlah produk Indonesia dari ancaman awal 32 persen menjadi 19 persen.

Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, Indonesia melalui Pertamina juga berkomitmen meningkatkan impor energi dari AS dengan nilai hingga 15 miliar dolar AS. Komitmen itu diajukan sebagai upaya menyeimbangkan neraca perdagangan sekaligus menjadi imbal balik atas penurunan tarif yang diberikan AS.

Selain perdagangan, terdapat pula komitmen investasi untuk kebutuhan proyek di Indonesia, serta investasi pembangunan fasilitas blue ammonia di AS, dengan total investasi mencapai 10 miliar dolar AS.

Dengan keseluruhan paket perdagangan dan investasi tersebut, Airlangga menilai posisi neraca dagang kedua negara akan kembali seimbang. Di sisi lain, PT Pertamina (Persero) masih menunggu peraturan resmi dari pemerintah terkait rencana impor minyak mentah atau crude oil dari Amerika Serikat (AS).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement