REPUBLIKA.CO.ID, BONTANG -- Kapal tanker biru pengangkut gas cair bersandar di Pelabuhan Badak LNG di Bontang, Kalimantan Timur, Rabu (15/10/2025). Di tengah terik matahari, sejumlah awak, di antaranya, warga negara asing tampak sedang memasuki kapal.
Mereka mengenakan pakaian dan helm keselamatan. Kapal bersiap untuk berangkat setelah semua proses loading selesai.
Aktivitas ini seperti sudah menjadi hal yang rutin di kilang dan menggambarkan bagaimana geliat Badak LNG tetap bertahan di usianya yang sudah lebih dari 50 tahun.
Tak jauh dari awak kapal berada, api pembuangan menyembur dari salah satu corong kilang badak LNG. Semburan api tanpa karbon ini juga memperlihatkan aktivitas kilang yang beroperasi sejak berdiri tahun 1974.
Namun, beda dengan kawasan pabrik, staf atau pegawai kilang tidak terlihat hilir mudik. Semua berada terpusat di control room yang berada di tengah kawasan kilang. "Semua memantau dan mengoperasikan di ruang kontrol," ujar Ovan Hidayat, operator storage & loading di departemen operasi PT Badak LNG di tengah kunjungan ke Zona 1 kilang.
Di dekat ruang kontrol, bangunan berstruktur baja dengan atap segitiga seperti rumah tampak menarik perhatian. Bangunan itu adalah train, bagian penting dari kilang yang digunakan buat pemurnian gas menjadi LNG. Menurut penuturan Ovan, gas alam yang masih 'kotor' dari lapangan akan dibersihkan terlebih dahulu lewat train sebelum menjadi gas cair.
Di kilang Badak terdapat delapan train untuk proses pemurnian gas. Namun, dari delapan itu hanya dua yang aktif beroperasi, yakni train G dan H. Sementara train E bersifat idle atau didiamkan sebagai cadangan. Adapun A, B, dan C sudah tidak aktif karena masa pakai telah habis.
PT Badak LNG berencana mengaktifkan kembali train F yang kini dalam proses pengecekan sistem dan peralatan. Reaktivasi train F dilakukan menyusul penemuan sumber gas baru dari sumur eksplorasi Geng North-1 di PSC Ganal Utara pada 2023. Perkiraan awal potensi gas mencapai 5 triliun cubic feet (Tcf). “Sekarang kami sedang melakukan pengecekan train F terlebih dahulu,” ujar Ovan.
Reaktivasi train F diyakini akan mendongkrak aktivitas kilang yang sempat menurun karena berkurangnya pasokan gas. Tak hanya bagi kilang, ekonomi masyarakat lokal juga diproyeksikan meningkat seiring pengaktifan train tersebut.
Manajer CSR & Relations PT Badak LNG, Putra Peni Luhur Wibowo, mengatakan proses pemeriksaan seluruh komponen train F ditargetkan rampung tahun ini. Train F ditargetkan beroperasi pada 2028. “Kami harapkan proses assessment dapat selesai pada 2025,” ujarnya, Rabu (15/10/2025).
Menurut Luhur, proses reaktivasi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Diperlukan waktu tiga tahun untuk mempersiapkan kembali train yang sudah tidak aktif, dengan anggaran yang tidak sedikit.
Setiap satu train diperkirakan dapat menelan biaya lebih dari 100 juta dolar AS. Untuk sementara, rincian kebutuhan biaya reaktivasi akan dihitung setelah proses assessment selesai dilakukan. “Mudah-mudahan tahun depan sudah mulai procurement alat-alat yang rusak. Ditargetkan F sudah aktif pada Oktober 2028,” ujarnya.
Luhur tak menampik penemuan sumber gas baru oleh perusahaan migas ENI SpA memperpanjang umur produksi di Badak LNG. Sebab, masa keemasan Badak perlahan surut akibat menipisnya pasokan gas.
Jika pasokan baru masuk dan empat train kembali aktif, pengolahan gas diperkirakan bisa berlangsung hingga 2034. “Jadi, nyawanya nyambung lagi. Positif buat devisa negara dan tentu untuk dana bagi hasil Kota Bontang,” ujarnya.
Badak LNG kini merupakan anak perusahaan PT Pertamina Hulu Energi (PHE) yang tergabung dalam Subholding Upstream Pertamina. Kilang Badak mulai dibangun pada Desember 1973 oleh perusahaan patungan antara Pertamina, Mobil Oil, dan Huffco Inc. Kilang itu tidak hanya menghasilkan LNG, tetapi juga LPG. Badak LNG memiliki lima tangki LPG dan enam tangki LNG.
Puncak aktivitas kilang Badak LNG berlangsung pada periode 1999-2006. Dengan titik atas produksi LNG di kilang tersebut terjadi pada 2001 yakni sebanyak 21,3 juta ton. Saat itu ada delapan train yang masih beroperasi. Namun seiring berkurangnya pasokan, penggunaan train juga dikurangi.