Rabu 01 Oct 2025 20:17 WIB

Kopi, Sawit, dan Cabai Dongkrak NTP September Naik 0,63 Persen

Papua Barat Daya catat kenaikan tertinggi hingga 5,62 persen.

Rep: Frederikus Dominggus Bata / Red: Gita Amanda
BPS mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada September 2025 mencapai 124,36. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Harviyan Perdana Putra
BPS mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada September 2025 mencapai 124,36. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada September 2025 mencapai 124,36. Angka ini naik 0,63 persen dibanding bulan sebelumnya yang sebesar 123,57. Kenaikan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) meningkat lebih tinggi dibanding indeks harga yang dibayar petani (Ib).

Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M Habibullah, menjelaskan peningkatan NTP terutama dipengaruhi sejumlah komoditas unggulan. “Indeks harga yang diterima petani atau It naik 0,71 persen, lebih tinggi dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,08 persen. Komoditas dominan yang memengaruhi peningkatan indeks harga adalah kopi, kelapa sawit, cabai merah, dan karet,” ujar Habibullah, Rabu (1/10/2025).

Baca Juga

Subsektor dengan kenaikan tertinggi tercatat pada Tanaman Perkebunan Rakyat dengan peningkatan NTP sebesar 1,57 persen. Hal ini dipicu kenaikan It sebesar 1,68 persen, lebih tinggi dari kenaikan Ib sebesar 0,9 persen. Komoditas dominan yang mendorong subsektor ini adalah kopi, kelapa sawit, karet, dan cengkeh.

Penopang lain datang dari subsektor Peternakan yang mencatat kenaikan NTP sebesar 1,51 persen. Subsektor ini mengalami peningkatan karena It naik 1,62 persen, lebih tinggi dari Ib yang hanya 0,11 persen. “Komoditas yang dominan memengaruhi subsektor peternakan antara lain ayam ras, daging, telur ayam ras, ayam kampung, serta sapi potong,” tambah Habibullah.

BPS juga mencatat lonjakan produksi beras sepanjang tahun. Berdasarkan hasil Kerangka Sampel Area (KSA), produksi beras Januari–November 2025 diproyeksikan mencapai 33,19 juta ton, meningkat 12,62 persen dibanding periode sama tahun 2024 sebesar 29,47 juta ton.

Capaian tersebut memastikan ketersediaan pasokan beras nasional berada dalam kondisi aman. Bahkan, produksinya melampaui capaian sepanjang 2024 yang hanya 30,34 juta ton. “Dengan produksi Januari–November yang diperkirakan menembus 33 juta ton, ketersediaan pangan pokok semakin terjamin. Beras bukan lagi faktor pendorong inflasi, melainkan penopang stabilitas harga dan daya beli masyarakat,” tutur Habibullah.

Secara keseluruhan, dari 38 provinsi yang diamati, 25 provinsi mengalami kenaikan NTP. Papua Barat Daya mencatat kenaikan tertinggi dengan 5,62 persen. Selain itu, BPS juga melaporkan Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional pada September 2025 sebesar 128,28 atau naik 0,56 persen dibanding bulan sebelumnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement