Kamis 13 Nov 2025 05:46 WIB

The Fed Diperkirakan Pangkas Suku Bunga Lagi pada Desember

Ekonomi AS diperkirakan naik 2,9% pada kuartal ketiga 2025.

Layar menampilkan konferensi pers oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell di lantai Bursa Efek New York di New York, Rabu, 29 Januari 2025.
Foto: AP Photo/Seth Wenig
Layar menampilkan konferensi pers oleh Ketua Federal Reserve Jerome Powell di lantai Bursa Efek New York di New York, Rabu, 29 Januari 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGALURU — Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) diperkirakan akan kembali menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin. Menurut hasil survei Reuters, Rabu (12/11/2025) para ekonom menyebutnya untuk menopang pasar tenaga kerja yang semakin melemah.

Sebanyak 80% responden yang merupakan para ekonom memperkirakan pemangkasan tersebut akan dilakukan pada Desember, naik tipis dibandingkan hasil jajak pendapat bulan lalu.

Baca Juga

Perkiraan itu menunjukkan meningkatnya keyakinan di kalangan ekonom, meskipun para anggota Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) masih berselisih pandangan soal apakah ekonomi AS benar-benar memerlukan pemangkasan lanjutan tahun ini. Ini terutama di tengah absennya sejumlah data resmi akibat penutupan pemerintahan terpanjang dalam sejarah AS.

Setelah pemangkasan suku bunga sebesar seperempat poin pada Oktober lalu, Gubernur The Fed Jerome Powell memperingatkan bahwa penurunan suku bunga pada Desember belum menjadi kepastian. Setelah pemangkasan sebelumnya memunculkan perbedaan pendapat langka di internal.

Sebanyak 84 ekonom memperkirakan FOMC akan kembali memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada pertemuan 10 Desember, menjadi kisaran 3,50%–3,75%, sejalan dengan ekspektasi pasar. Sementara 21 ekonom memprediksi tidak ada perubahan kebijakan.

"Secara umum, pasar tenaga kerja masih terlihat lemah, dan itulah alasan utama mengapa kami memperkirakan The Fed akan tetap melanjutkan pemangkasan pada Desember. Namun, risikonya adalah jika data terbaru menunjukkan pelemahan tersebut mulai mereda,” ujar Abigail Watt, ekonom AS di UBS.

Penutupan sebagian pemerintahan AS yang mungkin segera berakhir setelah Senat meloloskan rancangan undang-undang pendanaan sementara pada Senin (10/11/2025) berpotensi membuka kembali akses terhadap data ekonomi penting sebelum pertemuan The Fed berlangsung.

“Kami mulai melihat perbedaan pandangan terkait seberapa besar kekhawatiran terhadap pasar tenaga kerja memengaruhi dinamika inflasi. Ketegangan dalam mandat ganda The Fed kemungkinan akan meningkat tahun depan, terutama jika ekonomi membaik sementara tekanan inflasi terus naik," katanya.

Ketua Federal Reserve Jerome Powell sebut sudah waktunya penurunan suku bunga.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement