Selasa 30 Sep 2025 15:17 WIB

China Minta Jaminan Pasokan CPO, Wamentan Pastikan Indonesia Siap

Permintaan CPO dari China jadi peluang besar bagi petani sawit nasional.

Rep: Frederikus Dominggus Bata / Red: Gita Amanda
 Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia (Wamentan), Sudaryono, menyampaikan China meminta jaminan suplai minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dari Tanah Air.  (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Syifa Yulinnas
Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia (Wamentan), Sudaryono, menyampaikan China meminta jaminan suplai minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dari Tanah Air. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia (Wamentan), Sudaryono, menyampaikan China meminta jaminan suplai minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) dari Tanah Air. Permintaan itu disampaikan dalam pertemuan dengan Wakil Menteri Pertanian dan Urusan Pedesaan Republik Rakyat China (RRC), Maierdan Mugaiti, di Jakarta.

Sudaryono menyebut CPO menjadi salah satu komoditas unggulan ekspor pertanian Indonesia ke China. Selain CPO, produk lain yang diminati adalah karet alam dan sarang burung walet. Berdasarkan catatan pemerintah, neraca perdagangan RI–China di sektor pertanian mencapai 7,7 miliar dolar AS dengan surplus 1,7 miliar dolar AS bagi Indonesia.

Baca Juga

“China sangat berkepentingan terhadap natural rubber dan palm oil atau CPO kita karena mereka punya kebutuhan yang besar,” kata tokoh yang akrab disapa Mas Dar ini dalam konferensi pers di Kantor Pusat Kementan, Jakarta, Selasa (30/9/2025).

Ia menegaskan pemerintah terus berupaya meningkatkan produktivitas kelapa sawit nasional. Targetnya, produktivitas per hektare bisa naik agar pasokan CPO untuk pasar ekspor terjaga sekaligus mendukung program energi berkelanjutan di dalam negeri. Menurut Wamentan, hal itu sesuai arahan Presiden RI, Prabowo Subianto.

Sudaryono menilai peluang pasar CPO terbuka lebar karena kebutuhan global semakin meningkat. Menurutnya, tidak ada komoditas lain yang dapat menggantikan minyak sawit dalam skala ekonomis. Ia menyebut minyak bunga matahari maupun minyak kanola belum bisa menandingi keunggulan CPO.

Pemerintah, lanjut Sudaryono, menyiapkan langkah peningkatan produksi dengan perbaikan bibit, pemupukan, dan perlakuan lahan. Upaya itu diharapkan mampu menambah pasokan ekspor sekaligus memenuhi target energi terbarukan melalui program B50. B50 adalah campuran bahan bakar biodiesel dengan solar (diesel) dengan komposisi 50 persen biodiesel (BBN berbasis minyak nabati, umumnya dari minyak sawit/CPO) dan 50 persen solar fosil.

Wamentan menambahkan, diplomasi perdagangan pertanian Indonesia berperan membuka akses pasar sekaligus memperlancar jalur bisnis. Dengan begitu, kerja sama antarpebisnis di kedua negara dapat berjalan lancar dan memberi manfaat langsung bagi petani sawit di Tanah Air.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by ESG Now (@esg.now)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement