Senin 29 Sep 2025 15:53 WIB

Rupiah Ditutup Menguat di Level Rp 16.680 

Sangat penting ada konsistensi sinyal kebijakan fiskal dan moneter.

Rep: Eva Rianti/ Red: Satria K Yudha
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan, Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan menunjukkan uang dolar AS dan rupiah di money changer PT Valuta Artha Mas, ITC Kuningan, Jakarta, Selasa (8/4/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Nilai tukar rupiah menguat 58 poin atau 0,38 persen menuju level Rp16.680 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (29/9/2025). Rupiah rebound setelah loyo pada level di atas Rp16.700-an per dolar AS. 

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, mengatakan bahwa sentimen internal yang memengaruhi penguatan rupiah pada hari ini adalah upaya intervensi yang dilakukan Bank Indonesia (BI). 

Baca Juga

Ia menyebut, sangat penting ada konsistensi sinyal kebijakan fiskal dan moneter untuk menjaga stabilitas rupiah di tengah penguatan dolar AS dan gejolak pasar global. Instrumen BI dan pemerintah sudah memadai, tetapi koordinasi dan komunikasi perlu diperkuat agar ekspektasi pasar terkendali.

"BI sudah menggunakan seluruh instrumen stabilisasi nilai tukar, mulai intervensi di pasar spot, Non Deliverable Forward (NDF) onshore atau offshore, hingga pembelian Surat Berharga Negara (SBN), namun mata uang rupiah mendekati Rp16.800 per dolar AS, melemah lebih dari 3 persen secara year-to-date," ujar Ibrahim dalam keterangannya, Senin (29/9/2025). 

Di sisi bantalan eksternal, cadangan devisa Agustus tercatat 150,7 miliar dolar AS, turun dari Juli karena pembayaran utang pemerintah dan langkah stabilisasi, namun masih jauh di atas standar kecukupan internasional.

Dari sisi fiskal, defisit APBN Januari hingga Agustus mencapai 1,35 persen PDB atau Rp 321,6 triliun dengan penerimaan turun 7,8 persen (yoy) dan belanja naik 1,5 persen (yoy). 

"Pada ranah perbankan, empat bank BUMN mengumumkan bunga deposito USD (valas) 4 persen efektif 5 November, meski Menteri Keuangan menyatakan tidak ada instruksi pemerintah dan menyarankan evaluasi kebijakan tersebut," tuturnya. 

Sejalan dengan hal tersebut, BI menurunkan BI-Rate 25 bps ke 4,75 persen pada bulan September sebagai sinyal pelonggaran terukur dengan fokus stabilitas nilai tukar. Langkah tersebut menunjukkan BI tetap berhati-hati di tengah tekanan global, sembari menjaga ruang pertumbuhan domestik.

Sentimen eksternal yang memengaruhi pergerakan rupiah tidak lain adalah mengenai posisi dolar AS, seiring dengan berbagai data AS. Juga sentimen tensi geopolitik yang masih terus terjadi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement