Rabu 17 Sep 2025 12:59 WIB

Rosan Roeslani Beberkan Progres Merger Pelita Air dengan Garuda

Proses merger Pelita Air Service dengan Garuda Indonesia terus dievaluasi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
CEO Danantara, Rosan Roeslani, angkat bicara mengenai rencana merger PT Pelita Air Service dengan PT Garuda Indonesia. (ilustrasi)
Foto: pertaina
CEO Danantara, Rosan Roeslani, angkat bicara mengenai rencana merger PT Pelita Air Service dengan PT Garuda Indonesia. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Danantara, Rosan Roeslani, angkat bicara mengenai rencana merger PT Pelita Air Service dengan PT Garuda Indonesia. Rosan menyampaikan, proses kajian merger dua maskapai pelat merah tersebut masih berlangsung.

“Lagi dievaluasi, pokoknya dievaluasi dulu lah yang benar,” singkat Rosan usai menghadiri pertemuan dan simposium Gotong Royong Perumahan Warisan Bangsa di Balai Sarbini, Lippo Mall Nusantara, Jakarta, Selasa (16/9/2025) malam.

Baca Juga

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) berencana melanjutkan transformasi bisnis dengan melepas sejumlah anak usaha. Salah satunya, lini usaha penerbangan Pertamina, PT Pelita Air Service (PAS), tengah dijajaki untuk bergabung dengan Garuda Indonesia.

Pertamina menekankan akan memperkuat struktur organisasinya dengan membentuk Direktorat Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis. Direktur Utama Pertamina, Simon Aloysius Mantiri, menyebut langkah ini menjadi bagian dari strategi perusahaan menjawab tantangan energi global sekaligus memastikan ketahanan, ketersediaan, dan keberlanjutan energi nasional.

Direktorat baru tersebut dipimpin Agung Wicaksono. Posisi ini lahir seiring mandat Pertamina sebagai bagian dari ekosistem Danantara dan Kementerian BUMN untuk mempercepat transisi energi serta menjaga daya saing bisnis migas dan energi baru terbarukan (EBT).

Simon menjelaskan, Direktorat Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis memiliki tiga pilar utama. Pertama, menjadikan Pertamina lebih adaptif agar lincah merespons dinamika global dan nasional. Kedua, mengintegrasikan aspek keberlanjutan ke dalam bisnis supaya sejalan dengan agenda transisi energi dan target Net Zero Emission 2060 atau lebih cepat.

“Ketiga, memperkuat sinergi dengan pemerintah melalui advokasi kebijakan strategis yang berdampak bagi perusahaan dan negara,” ujar Simon dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR RI di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (11/9/2025).

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement