Rabu 27 Aug 2025 12:41 WIB

Astra Gelontorkan Rp 8,8 T untuk Sektor Pertambangan hingga Otomotif

Astra telah masuk ke sektor-sektor strategis melalui akuisisi.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Satria K Yudha
Wakil Presiden Direktur Astra International Rudy saat konferensi pers public expose Astra International di Jakarta, Rabu (27/8/2025).
Foto: Tangkapanl layar
Wakil Presiden Direktur Astra International Rudy saat konferensi pers public expose Astra International di Jakarta, Rabu (27/8/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Astra International Tbk merealisasikan capital expenditure (capex) atau belanja modal sebesar Rp 8,8 triliun untuk semester pertama 2025. Wakil Presiden Direktur Astra International, Rudy mengatakan dana tersebut dialokasikan untuk pembelian alat berat di bisnis kontraktor pertambangan.

"Kita tahu memang salah satu Capex terbesar itu ada di bidang pertambangan," ujar Rudy saat konferensi pers public expose Astra International di Jakarta, Rabu (27/8/2025).

Baca Juga

Selain itu, Rudy menyampaikan belanja modal paruh pertama tahun ini juga ditujukan untuk replanting dan perawatan pabrik Astra Agro, pembelian mesin produksi untuk Astra Otoparts. Kemudian renovasi maupun pembelian lahan-lahan baru untuk lini bisnis Astra di sektor otomotif.

“Untuk Capex 2025 awalnya kami mencanangkan sebesar Rp 26 triliun. Namun melihat situasi dan kondisi yang ada, rasanya kami akan sesuaikan dengan yang seharusnya kami spend dengan kondisi bisnis yang boleh dibilang cukup menantang pada saat ini," ucap Rudy. 

Selain belanja modal, lanjut Rudy, Astra juga merealisasikan investasi sebesar Rp 3,3 triliun hingga semester I 2025. Rudy menyampaikan investasi ini diarahkan pada pengembangan aset logistik modern dan sektor kesehatan yang dinilai memiliki prospek jangka panjang.

“Rasanya masih ada beberapa proyek dalam pipeline kami saat ini yang akan kami realisasikan di semester II 2025," sambung Rudy. 

Rudy menyampaikan, Astra memiliki fokus jangka pendek pada penguatan tujuh lini bisnis utama, mulai dari otomotif, jasa keuangan, alat berat dan pertambangan, konstruksi, agribisnis, teknologi informasi, hingga infrastruktur dan properti. Rudy menilai pilar jangka menengah dan panjang perusahaan akan bertumpu pada infrastruktur, kesehatan, dan mineral. 

“Kita tahu tujuh lini bisnis inti ini yang menopang earnings Astra, namun tentu kami juga akan seimbangkan dengan peluang di sektor infrastruktur, kesehatan, dan mineral," lanjut Rudy. 

Dalam beberapa tahun terakhir, sambung Rudy, Astra telah masuk ke sektor-sektor strategis melalui akuisisi dan peningkatan kepemilikan. Di sektor kesehatan, Astra memiliki keterlibatan di RS Hermina, Heartology, hingga HaloDoc, sementara di mineral fokus pada emas dan nikel.

“Kami juga mengembangkan infrastruktur logistik modern, jalan tol, serta data center," ucap Rudy. 

Rudy mengatakan Astra International pun terus menjajaki peluang investasi maupun akusisi perusahaan pergudangan yang selaras dengan lini bisnis inti. Pun dengan potensi investasi di sektor lain.

“Kita akan melihat prospek sektor tersebut apakah cukup menjanjikan dan juga melihat peluang atau tersedianya potensi sinergi atau kolaborasi dengan lini bisnis Astra yang ada pada saat ini," kata Rudy. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement