Selasa 26 Aug 2025 15:53 WIB

Korea Selatan Tambah Impor 3,3 Juta Ton LNG dari AS Mulai 2028

Kesepakatan baru energi Korea Selatan–AS perkuat pasokan LNG jangka panjang.

Kapal LNG (liquefied natural gas), Attalos, tiba di terminal Isle of Grain, timur London, Rabu 24 Agustus 2022, setelah melakukan perjalanan dari Australia membawa kargo yang berasal dari proyek North West Shelf.
Foto: Gareth Fuller/PA via AP
Kapal LNG (liquefied natural gas), Attalos, tiba di terminal Isle of Grain, timur London, Rabu 24 Agustus 2022, setelah melakukan perjalanan dari Australia membawa kargo yang berasal dari proyek North West Shelf.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Korea Selatan akan menambah impor 3,3 juta ton gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat (AS) setiap tahun selama satu dekade mulai 2028. Kebijakan tersebut sejalan dengan upaya memperluas kerja sama kedua negara di berbagai sektor strategis, termasuk energi.

Perusahaan Gas Korea (KOGAS), Selasa (26/8/2025), menyampaikan bahwa kesepakatan pembelian itu ditandatangani dengan sejumlah pemasok energi global, termasuk Trafigura.

Baca Juga

Penandatanganan dilakukan dalam forum bisnis Korea Selatan dan AS di Washington pada Senin waktu setempat, usai pertemuan puncak pertama Presiden Lee Jae Myung dengan Presiden AS Donald Trump.

Menurut pejabat KOGAS, volume kontrak tersebut akan dipasok dari proyek LNG yang dikelola perusahaan energi global Cheniere di Texas dan beberapa wilayah lain.

Kesepakatan ini menindaklanjuti komitmen Seoul bulan lalu untuk membeli produk energi AS senilai 100 miliar dolar AS (sekitar Rp1.629 triliun) dalam empat tahun ke depan. Sebagai imbalannya, Washington menurunkan tarif timbal balik untuk Korea Selatan menjadi 15 persen dari rencana awal 25 persen.

KOGAS menjelaskan kontrak jangka panjang itu merupakan hasil proses lelang impor energi Korea setelah 2028 yang telah dimulai sejak tahun lalu.

Kontrak tersebut juga diharapkan membantu diversifikasi sumber impor, yang sebelumnya terkonsentrasi di Timur Tengah.

Tahun lalu, kontrak KOGAS untuk mengimpor 4,92 juta ton gas per tahun dari Qatar telah berakhir. Sementara kontrak lain dengan volume 2,1 juta ton per tahun akan berakhir pada 2026.

“Dengan kontrak baru ini, upaya kami untuk mendiversifikasi sumber impor demi menjaga stabilitas pasokan LNG sekaligus meningkatkan daya saing harga gas alam akhirnya membuahkan hasil,” kata CEO KOGAS Choi Yeon-hye.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement