Sabtu 23 Aug 2025 08:02 WIB

PPEI: Kenaikan Pita Cukai Bikin Banyak Produsen Liquid Vape Gulung Tikar

Jumlah produsen e-liquid menyusut dari 300 produsen kini tinggal 170 produsen,

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Wakil Ketua Perkumpulan Produsen Eliquid Indonesia (PPEI) Agung Subroto menyampaikan pertumbuhan market vape di Indonesia mengalami perkembangan positif dalam lima tahun terakhir. (ilustrasi)
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Wakil Ketua Perkumpulan Produsen Eliquid Indonesia (PPEI) Agung Subroto menyampaikan pertumbuhan market vape di Indonesia mengalami perkembangan positif dalam lima tahun terakhir. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Perkumpulan Produsen Eliquid Indonesia (PPEI) Agung Subroto menyampaikan pertumbuhan market vape di Indonesia mengalami perkembangan positif dalam lima tahun terakhir. Namun, ucap dia, hal tersebut tak selalu berkorelasi lurus dengan perkembangan industri produksi e-liquid atau liquid vape di tanah air.

"Kalau secara market sih memang ada perkembangan, tapi untuk produsen sendiri ada penurunan," ujar Agung saat berkunjung ke kantor Republika di Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (22/8/2025).

 

Agung memaparkan jumlah produsen e-liquid yang sempat mencapai angka 300 produsen kini menyusut hingga 170 produsen. Agung mengatakan penurunan jumlah produsen e-liquid imbas dari meningkatnya Cost of Goods Sold (COGS) atau Harga Pokok Penjualan (HPP) yang meliputi biaya bahan baku, biaya produksi, dan tenaga kerja akibat kenaikan pita cukai rokok elektrik atau vape tersebut. 

 

"(Faktor) Penurunan salah satunya yang paling besar karena kenaikan pita cukai. Memang dua tahun yang lalu itu ada kenaikan pita cukai multi years itu di 19,5 persen setiap tahunnya," sambung Agung. 

 

Agung menyebut kondisi tersebut membuat HPP e-liquid meningkat 20 persen dari sebelumnya. Agung mengatakan produsen harus merogoh kocek lebih dalam untuk membeli pita cukai. 

 

"Kalau misalkan kita tahun ini kita ambil pita cukai Rp 1 miliar, tahun depannya itu harus menyiapkan Rp 1,2 miliar. Belum lagi kalau misalkan di tahun sebelumnya itu hanya untung 10 persen, jadi nombok untuk bisa dapetin revenue yang sama di tahun depan," ucap CEO dan Founder Indonesia Dream Juice (IDJ) tersebut. 

 

Agung menambahkan industri produsen e-liquid dalam negeri merupakan sebuah kebanggaan tersendiri. Pasalnya, produksi lokal tersebut hingga kini mampu menjadi raja di negeri sendiri dengan menguasai market share hingga 90 persen. "Jadi bisa dibilang vape yang sampai hari ini selama kurang lebih 12 tahun ada di Indonesia, industri ini masih dikuasai pemain lokal. Ini seharusnya dibanggakan juga ya," kata Agung. 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement