REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup menguat sebesar 51,50 poin atau 0,32 persen ke level Rp 16.195 pada perdagangan Kamis (3/7/2025). Penguatan ini didorong meredanya tensi geopolitik global dan ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Sentral AS (The Fed).
“Risiko geopolitik menurun drastis setelah muncul kabar kemungkinan gencatan senjata 60 hari dalam serangan Israel ke Gaza, serta perjanjian gencatan senjata Israel-Iran yang masih berlangsung,” kata pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya di Jakarta, Kamis (3/7/2025).
Selain faktor geopolitik, pelaku pasar global turut mencermati rilis data nonfarm payroll (NFP) AS yang lebih awal dari biasanya, mengingat Jumat merupakan hari libur nasional di Amerika Serikat. Ekonom memproyeksikan penambahan sekitar 110.000 pekerjaan pada Juni 2025, lebih rendah dari capaian Mei sebanyak 139.000.
“NFP menjadi indikator utama dalam menilai arah kebijakan suku bunga The Fed. Penurunan data ketenagakerjaan dapat mendorong percepatan pemangkasan suku bunga,” ujar Ibrahim.
Ia juga menyebutkan desakan dari mantan Presiden Donald Trump untuk menurunkan suku bunga turut memengaruhi sentimen pasar. Sementara itu, pasar turut menyoroti proses pengesahan RUU pajak dan belanja yang dianggap kontroversial karena berpotensi menambah beban utang pemerintah AS.
“Ketidakpastian fiskal AS turut menekan nilai dolar dalam beberapa pekan terakhir,” imbuhnya.
Sentimen Domestik
Di dalam negeri, menurut Ibrahim, tantangan ekonomi global yang dipicu oleh proteksionisme pasca era Trump turut berdampak pada proyeksi pertumbuhan Indonesia. Bank Dunia menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5,10 persen menjadi 4,70 persen, sementara IMF menyesuaikan proyeksi dari 4,90 persen menjadi 4,70 persen.
“Koreksi ini menandakan kekhawatiran atas lemahnya perdagangan global, tekanan ekspor, penurunan investasi langsung, serta gejolak geopolitik yang membebani pasar keuangan,” ujarnya.
Ibrahim menilai pemerintah dan Bank Indonesia perlu memperkuat koordinasi kebijakan fiskal dan moneter, mempercepat reformasi struktural, serta menggali sumber pertumbuhan ekonomi baru untuk menjaga stabilitas makroekonomi.
Ia memperkirakan rupiah masih berpotensi menguat pada perdagangan Jumat (4/7/2025), meskipun pergerakan akan cenderung fluktuatif.
“Untuk perdagangan besok, rupiah diproyeksikan bergerak di kisaran Rp 16.140 hingga Rp 16.200 per dolar AS,” tutupnya.