Senin 02 Jun 2025 19:15 WIB

Deflasi 0,37 Persen, BPS: Lebih Dalam Dibandingkan Mei Tahun Lalu

Penurunan harga cabai, bawang, dan ikan segar jadi penyumbang utama deflasi Mei.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Gita Amanda
Pedagang menyortir bawang merah sebelum di jual di Pasar Induk Kramatjati, Komoditas yang dominan menyumbang deflasi antara lain cabai merah, cabai rawit, bawang merah, ikan segar, dan bawang putih.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Pedagang menyortir bawang merah sebelum di jual di Pasar Induk Kramatjati, Komoditas yang dominan menyumbang deflasi antara lain cabai merah, cabai rawit, bawang merah, ikan segar, dan bawang putih.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terjadinya deflasi sebesar 0,37 persen pada Mei 2025 secara bulanan (month-to-month). Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, menyampaikan bahwa deflasi ini disebabkan oleh penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,47 pada April menjadi 108,07 pada Mei 2025.

“Angka ini lebih dalam dibandingkan deflasi pada Mei tahun lalu yang hanya sebesar 0,03 persen,” ujar Pudji dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik (BRS) di Kantor BPS, Jakarta, Senin (2/6/2025).

Baca Juga

Meskipun terjadi deflasi secara bulanan, secara tahunan (year-on-year), terjadi inflasi sebesar 1,60 persen, sementara inflasi year-to-date atau sejak awal tahun mencapai 1,19 persen. Kelompok pengeluaran penyumbang deflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau, dengan deflasi sebesar 1,40 persen dan andil sebesar 0,41 persen terhadap deflasi umum.

Sebaliknya, kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 0,31 persen, dengan andil 0,02 persen. Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga mencatat inflasi sebesar 0,23 persen dan menyumbang andil sebesar 0,02 persen.

“Deflasi Mei 2025 terutama disumbang oleh komponen harga bergejolak dengan andil deflasi sebesar 0,41 persen,” kata Pudji.

Komoditas yang dominan menyumbang deflasi antara lain cabai merah, cabai rawit, bawang merah, ikan segar, dan bawang putih. Selain itu, komponen harga yang diatur pemerintah turut memberikan andil deflasi sebesar 0,01 persen, dengan komoditas penyumbang utama yakni tarif angkutan antarkota dan bensin.

Sementara itu, komponen inti justru memberikan andil inflasi sebesar 0,05 persen, disumbang oleh tarif pulsa ponsel, emas perhiasan, dan kopi bubuk.

Secara wilayah, Pudji menyebutkan sebanyak 31 provinsi mengalami deflasi dan tujuh provinsi mengalami inflasi. “Deflasi tertinggi terjadi di Gorontalo sebesar 1,68 persen, sementara deflasi terendah tercatat di Sulawesi Tenggara sebesar 0,14 persen,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement