Selasa 02 Dec 2025 14:43 WIB

PMI Menguat dan Surplus Dagang Berlanjut, Airlangga: Ekonomi Indonesia Solid

Inflasi yang terjaga dinilai ikut menyokong daya beli masyarakat.

Menko Airlangga merinci inflasi November 2025 tercatat 2,72 persen (yoy), masih berada dalam rentang sasaran 2,5±1 persen. (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin
Menko Airlangga merinci inflasi November 2025 tercatat 2,72 persen (yoy), masih berada dalam rentang sasaran 2,5±1 persen. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai kinerja ekonomi Indonesia kian menguat memasuki akhir 2025.

Penilaiannya merujuk pada tiga indikator makro yang dirilis Senin (1/12/2025), yakni inflasi November yang tetap terkendali, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur yang melanjutkan ekspansi, serta surplus neraca perdagangan yang terus berlanjut hingga 66 bulan berturut-turut.

Baca Juga

Dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (2/12/2025), Airlangga merinci inflasi November 2025 tercatat 2,72 persen (yoy), masih berada dalam rentang sasaran 2,5±1 persen.

Peredaan tekanan harga terutama didorong penurunan inflasi volatile food menjadi 5,48 persen (yoy) dari 6,59 persen pada Oktober. Inflasi inti juga stabil di level 2,36 persen (yoy) yang mencerminkan ekspektasi inflasi masyarakat tetap terjaga dan efektivitas sinergi kebijakan moneter serta fiskal.

Secara bulanan, inflasi November dipengaruhi kenaikan harga emas perhiasan dan tarif angkutan udara.

Emas perhiasan mengalami inflasi 3,99 persen (mtm) dengan andil 0,08 persen, sementara tarif angkutan udara naik 6,02 persen (mtm), pola yang secara historis memang meningkat pada periode November.

“Paket stimulus ekonomi berupa program diskon tarif transportasi yang akan diterapkan pada Desember diharapkan dapat menurunkan kembali tarif angkutan udara. Kebijakan ini diharapkan efektif dalam menjaga daya beli masyarakat sekaligus mendorong peningkatan mobilitas,” ujar Airlangga.

Harga pangan pada November dipengaruhi kenaikan bawang merah dan sejumlah sayuran akibat curah hujan tinggi. Namun beberapa komoditas seperti daging ayam ras, cabai merah, dan telur ayam mulai turun harga.

Beras bahkan mencatat deflasi 0,59 persen (mtm), lebih dalam dibanding periode sebelumnya, didorong intervensi pemerintah melalui Bantuan Pangan kepada 18,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM), serta Gerakan Pasar Murah dan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan.

Dari sisi eksternal, neraca perdagangan kembali mencatat surplus 2,39 miliar dolar AS pada Oktober 2025. Capaian tersebut didorong oleh nilai ekspor sebesar 24,24 miliar dolar AS, yang lebih tinggi dari impor yang sebesar 21,84 miliar dolar AS.

Kinerja perdagangan Indonesia dengan AS tetap positif seiring masih berlangsungnya proses negosiasi tarif resiprokal.

Pada Oktober 2025, neraca perdagangan nonmigas Indonesia dengan AS masih mencatat surplus sebesar 1,7 miliar dolar AS. “Surplus ini ditopang oleh kuatnya aktivitas ekspor nonmigas ke AS yang naik 4,43 persen (mtm), seiring meningkatnya aktivitas PMI Manufaktur AS,” kata Menko.

Lebih lanjut, PMI Manufaktur Indonesia kembali berada di zona ekspansi di level 53,3 pada November 2025, dari 51,2 pada Oktober 2025. Angka ini tertinggi sejak Februari 2025.

Menurut Airlangga, pencapaian ini menandai keberlanjutan momentum positif selama empat bulan berturut-turut dan mencerminkan semakin solid kegiatan operasional sektor manufaktur.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement