Rabu 21 May 2025 18:48 WIB

BI Turunkan Suku Bunga Jadi 5,5 Persen, Inflasi Rendah Jadi Alasan Utama

Bank Indonesia optimalkan bauran kebijakan untuk dorong pertumbuhan ekonomi.

Rep: Eva Rianti/ Red: Gita Amanda
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan tiga alasan utama di balik keputusan memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps), dari 5,75 persen menjadi 5,5 persen.
Foto: Republika/Prayogi
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan tiga alasan utama di balik keputusan memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps), dari 5,75 persen menjadi 5,5 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mengungkapkan tiga alasan utama di balik keputusan memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps), dari 5,75 persen menjadi 5,5 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2025.

“Pertimbangannya yakni, pertama, inflasi rendah; kedua, stabilitas nilai tukar rupiah yang terjaga; dan ketiga, turut mendorong pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry dalam konferensi pers RDG Mei 2025 yang digelar secara daring, Rabu (21/5/2025).

Baca Juga

Perry menjelaskan, kondisi inflasi Indonesia saat ini tergolong rendah. Indeks Harga Konsumen (IHK) pada April 2025 mencatat inflasi sebesar 1,95 persen (year on year/yoy), dengan inflasi inti 2,50 persen (yoy). Inflasi kelompok volatile food tercatat sebesar 0,64 persen (yoy).

Sementara itu, kelompok administered prices mencatat inflasi sebesar 1,25 persen (yoy), setelah sebelumnya mencatat deflasi sebesar 3,16 persen (yoy) pada Maret 2025. Perubahan ini utamanya dipengaruhi oleh berakhirnya kebijakan diskon tarif listrik untuk rumah tangga dengan daya di bawah 2.200 VA.

“Kami perkirakan inflasi kemungkinan sekitar 2,6 persen, jadi (angka inflasi) rendah,” ungkap Perry. BI memperkirakan inflasi tahun 2025 dan 2026 berada dalam sasaran 2,5±1 persen.

Terkait nilai tukar, Perry menyampaikan bahwa pergerakan rupiah terhadap dolar AS tetap stabil dan cenderung menguat. Penguatan ini didukung oleh kebijakan stabilisasi dari BI serta meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.

Menurut catatan BI, nilai tukar rupiah hingga 20 Mei 2025 menguat sebesar 1,13 persen (point to point) dibandingkan posisi akhir April 2025. Rupiah juga mencatat penguatan terhadap mata uang negara berkembang mitra dagang utama Indonesia, serta terhadap kelompok mata uang negara maju (non-dolar AS).

“Secara keseluruhan, pergerakan rupiah berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian,” jelasnya.

Alasan ketiga adalah perlambatan pertumbuhan ekonomi. Perry menyebut, pada kuartal I 2025, pertumbuhan ekonomi tercatat sebesar 4,87 persen, lebih rendah dibanding kuartal IV 2024 yang sebesar 5,02 persen.

“Oleh karena itu, Bank Indonesia turut mendorong pertumbuhan ekonomi, dengan tentunya mempertimbangkan inflasi yang rendah dan nilai tukar rupiah yang stabil serta cenderung menguat,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement