Sabtu 10 May 2025 16:13 WIB

Bahlil Sebut Aktivitas Ekspor Batubara Indonesia ke India Masih Aman

Bahlil optimistis angka ekspor batu bara stabil

Rep: Frederikus Dominggus Bata / Red: Erdy Nasrul
Foto udara kapal tongkang bermuatan batu bara terdampar di muara Sungai Batanghari yang sudah mengalami pendangkalan di Kampung Laut, Tanjung Jabung Timur, Jambi, Selasa (1/8/2023). Pendangkalan yang menghambat lalu lintas angkutan pertambangan itu terjadi akibat pergeseran tanah yang terbawa arus dari bagian hulu, sementara aktivitas pengerukan yang dulunya rutin dilakukan sejak belasan tahun terakhir belum pernah dilakukan.
Foto: Antara/Wahdi Septiawan
Foto udara kapal tongkang bermuatan batu bara terdampar di muara Sungai Batanghari yang sudah mengalami pendangkalan di Kampung Laut, Tanjung Jabung Timur, Jambi, Selasa (1/8/2023). Pendangkalan yang menghambat lalu lintas angkutan pertambangan itu terjadi akibat pergeseran tanah yang terbawa arus dari bagian hulu, sementara aktivitas pengerukan yang dulunya rutin dilakukan sejak belasan tahun terakhir belum pernah dilakukan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu negara tujuan ekspor batubara Indonesia adalah India. Badan Pusat Statistik mencatat sepanjang 2015-2014 volume ekspor bataubara Indonesia ke negara tersebut mencapai 104,58 juta ton per tahun.

Nilai rata-rata sekitar 5,44 miliar dolar Amerika Serikat (AS) di setiap tahunnya. Saat ini India sedang dirundung masalah. Negara bekas jajahan Inggris itu sedang berselisih dengan Pakistan.

Baca Juga

Lantas apakah keadaan demikian berpengaruh terhadap bisnis batubara India dengan Indonesia? Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memastikan sejauh ini masih aman.

"Memang salah satu tujuan ekspor kita untuk batubara itu kan di India. Sampai dengan hari ini, kami melihat belum ada pergerakan apa-apa. Ya, doain saja," kata Bahlil, di kantornya, di Jakarta, Jumat (9/5/2025).

Ia menerangkan, India negara besar. Wilayahnya banyak. Menurutnya, bisa jadi konflik terjadi di tempat yang bukan tujuan pengiriman batubara dari Indonesia.

"Tujuan ekspor batubara kita yang terbesar, salah satu diantaranya adalah India," ujar Bahlil.

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir juga diminta mengomentari isu serupa. Erick mengikuti pemberitaan yang berkembang. Ada ketegangan kedua negara tetangga tersebut.

Menurut Menteri BUMN, ini jelas situasi yang kurang positif. Ia berharap eskalasinya tidak meningkat. Sehingga dampaknya tak melebar.

"Karena bila sampai sesuatu yang tidak diharapkan, artinya mungkin akan ada impact mengenai perdagangan, untuk kelapa sawit dan batu bara karena salah satu partner perdagangan terbesar kita kan India," ujar Erick.

Dalam pemberitaan Republika.co.id beberapa hari lalu, India dan Pakistan telah meningkatkan kemampuan militer secara signifikan sejak mereka bentrok pada 2019. Ini menimbulkan peningkatan risiko eskalasi bahkan dalam konflik terbatas, kata mantan perwira dan pakar militer.

Kedua negara bertetangga ini telah berperang tiga kali – pada tahun 1948, 1965 dan 1971 – dan bentrok berkali-kali sejak memperoleh kemerdekaan. Sebagian besar terjadi di wilayah Kashmir yang diklaim oleh keduanya. India-Pakisan memperoleh senjata nuklir pada tahun 1990-an dan Kashmir dianggap sebagai salah satu titik konflik paling berbahaya di dunia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement