Selasa 29 Apr 2025 16:48 WIB

CIMB Niaga Catat Laba Rp 2,2 Triliun pada Kuartal I 2025, Tumbuh 3,2 Persen

Dana Pihak Ketiga CIMB Niaga naik 2,5 persen yoy menjadi Rp 254,2 triliun.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Friska Yolandha
Layanan OCTO Pay milik CIMB Niaga.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Layanan OCTO Pay milik CIMB Niaga.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) mencatatkan laba sebelum pajak konsolidasi (unaudited) sebesar Rp2,2 triliun pada kuartal pertama 2025, meningkat 3,2 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Capaian tersebut menghasilkan earnings per share sebesar Rp 71,80.

“Kami senang dapat menyambut awal tahun 2025 dengan hasil yang baik, didukung oleh konsistensi dalam menjalankan strategi prioritas kami. Pertumbuhan laba serta kualitas aset yang baik mencerminkan penerapan manajemen risiko yang disiplin, yang terlihat dari perbaikan Gross Non-Performing Loan (NPL) menjadi 1,85 persen dari 2,14 persen pada periode yang sama tahun lalu," kata Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan dalam keterangan tertulis, Selasa (29/4/2025).

Baca Juga

CIMB Niaga terus memperkuat fondasi bisnis melalui prinsip kehati-hatian dan investasi strategis jangka panjang. “Dalam menghadapi kondisi yang semakin dinamis saat ini, kami tetap berkomitmen untuk memberikan nilai berkelanjutan kepada seluruh stakeholders, termasuk nasabah, pemegang saham, dan masyarakat luas. Melalui inovasi digital dan strategi yang berfokus pada nasabah, kami berupaya untuk menjadi Bank yang senantiasa menyediakan layanan yang Simpler, Better dan Faster,” ujarnya.

Per 31 Maret 2025, total aset konsolidasian CIMB Niaga tercatat sebesar Rp 371 triliun, memperkuat posisinya sebagai bank swasta nasional terbesar kedua di Indonesia. Bank juga mencatatkan rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 24,8 persen dan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 89,3 persen.

Dana Pihak Ketiga (DPK) naik 2,5 persen yoy menjadi Rp 254,2 triliun, dengan rasio current account and savings account (CASA) mencapai 67,4 persen. Peningkatan CASA sebesar 7,0 persen turut mendorong pertumbuhan hubungan nasabah dan digitalisasi layanan.

Dari sisi kredit, total pembiayaan naik 8,7 persen yoy menjadi Rp 230,1 triliun, dengan pertumbuhan tertinggi pada segmen Perbankan Korporasi sebesar 13,7 persen. Sementara itu, segmen Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Perbankan Konsumer masing-masing tumbuh 7,6 persen dan 5,5 persen. Kredit Pemilikan Mobil (KPM) menjadi pendorong utama pertumbuhan di segmen retail, dengan lonjakan 27,9 persen yoy.

Unit Usaha Syariah CIMB Niaga (CIMB Niaga Syariah) juga mempertahankan posisinya sebagai UUS terbesar di Indonesia, dengan pembiayaan sebesar Rp 59 triliun dan DPK Rp 50,2 triliun. Pertumbuhan pembiayaan didorong oleh segmen ritel, dengan fokus pada pendanaan murah dan pengembangan jaringan komunitas.

“Kami terus menjadikan sustainability sebagai salah satu prioritas utama kami, di mana hampir 25 persen dari total pembiayaan Bank (setara dengan Rp 56,6 triliun) mendukung transisi yang berkeadilan, ekonomi rendah karbon, dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),” ujar Lani.

“Komitmen ini ditunjukkan melalui terpilihnya CIMB Niaga sebagai salah satu dari tujuh bank yang mewakili industri perbankan nasional dalam mendukung target net zero emission (NZE) Indonesia," tambah Lani.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement