Senin 28 Apr 2025 14:57 WIB

OJK Sebut Prediksi Perburukan Ekonomi Global tak Terelakkan 

IMF memprediksi ekonomi global diprediksi hanya akan tumbuh 2,8 persen pada 2025.

Rep: Eva Rianti / Red: Friska Yolandha
Foto udara sejumlah kendaraan terjebak macet di Jalan Yos Sudarso menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (17/3/2025). IMF memprediksi ekonomi global diprediksi hanya akan tumbuh 2,8 persen.
Foto: ANTARA FOTO/Fathul Habib Sholeh
Foto udara sejumlah kendaraan terjebak macet di Jalan Yos Sudarso menuju Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (17/3/2025). IMF memprediksi ekonomi global diprediksi hanya akan tumbuh 2,8 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar mengungkapkan kondisi dinamika proyeksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global. Ia mengaku tidak mengelakkan prediksi kondisi ekonomi dunia yang memburuk. 

“Kondisi terakhir dan prospek perkiraan perkembangan geopolitik dan perekonomian global, saya rasa walaupun kita semua berharap tidak akan memburuk terlalu dalam, tapi nampaknya sampai saat ini paling tidak, bahwa kondisi pemburukan itu tidak terelakkan,” ujar Mahendra saat menyampaikan sambutan dalam acara Konferensi Nasional bertajuk ‘Peningkatan Nilai Tambah Ragam Keunggulan Daerah melalui Sinergi Hilirisasi, Agrikultur, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif dalam Mendukung Peluang Pendalaman Pasar Sektor Jasa Keuangan di Hotel Double Tree, Jakarta, Senin (28/4/2025). 

Baca Juga

Ia menyinggung mengenai perkiraan pertumbuhan ekonomi global yang melambat dalam World Economic Outlook terbarunya yang dirilis International Monetary Fund (IMF) pada pekan lalu. 

Bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi global diprediksi hanya akan tumbuh 2,8 persen pada 2025, lebih rendah dari prediksi sebelumnya di angka 3,3 persen. 

“Ini merupakan agregasi dari pertumbuhan yang melambat dari seluruh negara-negara di dunia,” ujar Mahendra. 

Pertumbuhan ekonomi Indonesia sendiri diprediksi hanya akan tumbuh sekitar 4,7 persen pada 2025. Angka tersebut lebih rendah dari proyeksi asumsi dasar dalam Nota Keuangan dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2025 serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025—2029 yang di angka 5,3 persen. 

Melihat tantangan yang ada, Mahendra menekankan agar beragam motor pertumbuhan ekonomi di bidang jasa keuangan di Indonesia bisa terus didorong agar tumbuh. Terutama memanfaatkan dan mengembangkan ragam potensi yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah di setiap wilayah di Indonesia. 

“Ini menjadikan kebutuhan untuk mendorong dan menjadikan motor-motor pertumbuhan perekonomian harus semakin terdiversifikasi. Tidak semata menggantungkan kepada motor-motor pertumbuhan yang secara tradisional,” tutur dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement