Kamis 24 Apr 2025 11:52 WIB

LG Hengkang, Huayou Datang, Iklim Investasi Indonesia Tetap Diminta Evaluasi Total

Pemerintah Indonesia yang meminta LG mundur.

Rep: Frederikus Dominggus Bata/ Red: Ahmad Fikri Noor
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (7/3/2025).
Foto: Istimewa
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia di Istana Kepresidenan Jakarta, Jumat (7/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia investasi Indonesia baru saja mendapat sorotan tajam. Itu setelah mundurnya LG Energy Solution (LGES) dari proyek yang tergabung dalam skema "Indonesia Grand Package".

Konkretnya, Indonesia kehilangan investasi sekitar Rp 130 triliun dalam proyek yang mencakup pengembangan rantai pasok baterai kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV) secara terintegrasi. Itu dimulai dari penambangan hingga produksi baterai.

Baca Juga

Merespons dinamika yang terjadi, pemerintah berbicara. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menegaskan proyek ini tidak mengalami perubahan mendasar, secara keseluruhan. Ia menerangkan yang terjadi adalah pergantian mitra investasi dalam struktur Joint Venture (JV).

Bahlil memastikan konsep pembangunan "Grand Package" ini tak ada yang berubah. Infrastruktur dan rencana produksi tetap sesuai peta jalan awal. Perubahan hanya terjadi di level investor.

"Di mana LG tidak lagi melanjutkan keterlibatannya pada JV 1, 2, dan 3 yang baru, dan telah digantikan oleh mitra strategis dari Tiongkok, yaitu Huayou, bersama BUMN kita," kata tokoh yang juga Ketua Umum Partai Golkar itu, tertulis dalam keterangan resmi Kementerian ESDM, dikutip Kamis (24/4/2025).

Artinya, setelah kehilangan investor asal Korea Selatan, langsung menemukan pengganti dari China. Bahlil lagi-lagi menegaskan, pergantian investor merupakan hal biasa dalam proyek berskala besar. Menurutnya, itu dinamika lazim.

Ia menerangkan, yang terpenting proses transisi berjalan lancar. Hal ini butuh jaminan pemerintah dan komitmen mitra yang baru. Proyek tersebut, jelas Bahlil, sudah berjalan, sebagian telah diresmikan, dan sisanya wajib dikawal sampai tuntas.

"Tidak ada yang berubah dari awal yaitu menjadikan Indonesia sebagai pusat industri kendaraan listrik dunia," tegas Menteri ESDM.

Pemerintah, melalui kerja sama lintas sektor antara Kementerian ESDM, Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), serta Satuan Tugas Hilirisasi terus berkomitmen memastikan seluruh proyek dalam Grand Package terealisasi tepat waktu dan sesuai standar. Langkah ini merupakan bagian integral dari strategi hilirisasi industri nikel dan transisi energi nasional menuju ekosistem kendaraan listrik yang berdaya saing global.

photo
Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani saat jumpa pers di Kantor Presiden, Jakarta Pusat, Rabu (23/4) malam WIB. - (BPMI Setpres)

Sementara itu, Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Perkasa Roeslani menjelaskan LG Energy Solution tidak mengundurkan diri dari sebagian investasinya di proyek ekosistem baterai. Menurutnya, Pemerintah Indonesia yang meminta LG mundur karena negosiasinya berjalan terlalu lama. Rosan mengatakan negosiasi dengan LG telah berjalan selama lima tahun sejak 2020.

“Jadi dikatakan bahwa dari sana (LG) memutus, sebetulnya lebih tepatnya dari kami yang memutus. Itu berdasarkan surat tanggal 31 Januari 2025 yang diterbitkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. Kenapa dikeluarkan surat itu? Karena, memang negosiasi ini sudah terlalu lama, sedangkan kami ingin semua ini berjalan dengan baik, dengan cepat karena negosiasinya sudah berlangsung lima tahun," kata Rosan saat jumpa pers di Kantor Presiden, Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (23/4) malam.

Rosan melanjutkan, surat itu kemudian diterbitkan untuk LG, karena investor China Huayou telah menyatakan keinginannya berinvestasi pada sektor ekosistem baterai. Keinginan Huayou untuk masuk dalam konsorsium proyek baterai di Indonesia itu diungkap sejak tahun 2024.

"Jadi, sebenarnya dalam konsorsium LG itu memang sudah ada Huayou-nya. Jadi, mereka sekarang yang menjadi leading consortium. Itu saja," kata Menteri Investasi.

Rosan menyatakan dirinya telah bertemu langsung dengan Huayou dan hasil pertemuan keduanya positif. Menurut Rosan, Huayou berminat untuk berinvestasi, karena punya teknologinya dan sebelumnya juga telah berinvestasi di Indonesia di bidang yang sama.

"Jadi, mereka sudah sangat-sangat paham, sangat-sangat mengerti, dan di saat bersamaan dia juga sudah punya resources untuk pengembangan ini ke depan," sambung Rosan.

Terlepas dari pergantian itu, Rosan memastikan LG masih berinvestasi di Indonesia mengingat LG telah merealisasikan investasinya di salah satu proyek joint venture-nya senilai 1,1 miliar dolar AS atau sekitar Rp 18,56 triliun.

"Jadi, (investasi LG) terbagi dalam empat joint venture, dan mereka sudah groundbreaking, dan sudah selesai di joint venture nomor 4. Jadi, memang berita yang kemarin mereka mundur itu bukan mundur semuanya. Mereka sudah melakukan dan sudah selesai di JV nomor 4 senilai 1,1 miliar dolar AS," kata Rosan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement