Rabu 23 Apr 2025 17:41 WIB

Perry Warjiyo Sebut Intervensi BI terhadap Rupiah di Pasar NDF Beri Hasil Positif

Pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional.

Rep: Eva Rianti / Red: Gita Amanda
Nilai tukar rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
Nilai tukar rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah kondisi tekanan global akibat kebijakan tarif Amerika Serikat (AS), Bank Indonesia (BI) pada awal April 2025 telah melakukan intervensi di pasar off-shore (non deliverable forward/NDF). Gubernur BI Perry Warjiyo menyebut hasil dari langkah intervensi tersebut telah membuahkan hasil yang positif. 

“Respons kebijakan ini memberikan hasil positif, tecermin dari perkembangan rupiah yang terkendali dan menguat menjadi Rp 16.855 per dolar AS pada 22 April 2025, dibandingkan dengan level Rp 16.865 per dolar AS pada hari pertama pembukaan pasar domestik pascalibur tanggal 8 April 2025,” kata Perry dalam Konferensi Pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) April 2025 yang digelar secara daring, Rabu (23/4/2025). 

Baca Juga

Perry menuturkan, pergerakan rupiah masih sejalan dengan perkembangan mata uang regional. Dan berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi domestik dalam menjaga stabilitas perekonomian. 

Diketahui, berdasarkan catatan BI, nilai tukar rupiah di pasar NDF mengalami tekanan yang kuat pada saat libur panjang pasar domestik dalam rangka Idul Fitri 1446 Hijriyah, akibat kebijakan tarif resiprokal AS. 

Atas tekanan yang kuat itu, BI pada 7 April 2025 mengambil upaya intervensi di pasar off-shore/NDF secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York. Tujuannya tidak lain untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah dari tingginya tekanan global. 

“Ke depan, nilai tukar rupiah diprakirakan stabil didukung komitmen BI dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi yang rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tetap baik,” ujar Perry. 

Ia memastikan, BI terus memperkuat respons kebijakan stabilisasi, termasuk intervensi terukur di pasar off-shore/NDF dan strategi triple intervention pada transaksi spot, DNDF, dan SBN di pasar sekunder. Perry juga menekankan bahwa seluruh instrumen moneter juga terus dioptimalkan, termasuk penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen SRBI, SVBI, dan SUVBI. Diharapkan itu dapat memperkuat efektivitas kebijakan dalam menarik aliran masuk investasi portofolio asing dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement