REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky menyatakan bahwa Bank Indonesia (BI) sebaiknya mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) 5,75 persen pada April 2025. Ia mengatakan, meskipun tingkat inflasi masih terjaga setelah berakhirnya diskon tarif listrik 50 persen pada Maret 2025, perekonomian Indonesia masih menghadapi tantangan terkait nilai tukar rupiah.
“Mempertimbangkan mandat utama untuk menjaga stabilitas harga dan nilai tukar, BI saat ini dihadapkan pada tekanan besar di sisi nilai tukar,” ujar Teuku Riefky di Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Ia menyampaikan bahwa tekanan terhadap rupiah diprediksi masih akan berlanjut dalam beberapa bulan mendatang seiring berlanjutnya ketidakpastian global yang dipicu tensi perang dagang. Riefky menuturkan bahwa agresifnya eskalasi tit-for-tat, atau strategi saling membalas, antara Amerika Serikat dan China dalam penentuan tarif impor antara kedua negara, semakin memperburuk ketidakpastian global.
Ia mengungkapkan bahwa akibat perekonomian global yang tidak stabil tersebut, dalam 30 hari terakhir akumulasi arus modal keluar dari Indonesia mencapai 1,99 miliar dolar AS (Rp 33,55 triliun, kurs 1 dolar = Rp 16.861 pada Rabu pagi) dan nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga 2,59 persen.
Riefky juga menyampaikan kekhawatiran terkait tingkat inflasi dalam negeri karena walaupun data terkini menunjukkan bahwa inflasi masih berada di bawah rentang target BI, tekanan deflasi yang terjadi selama beberapa bulan terakhir cenderung bersifat temporer usai berakhirnya program subsidi tarif diskon listrik.
Ia mengatakan bahwa inflasi juga diprediksi akan meningkat secara perlahan seiring dengan berakhirnya diskon tarif angkutan udara untuk periode libur Idul Fitri.
Peningkatan permintaan agregat dan mobilitas masyarakat menyusul berbagai hari raya keagamaan dan periode cuti bersama di bulan-bulan mendatang turut berpotensi memberikan tekanan inflasi.
Mempertimbangkan berbagai hal tersebut, ia menyatakan bahwa BI kemungkinan tidak memiliki ruang untuk melakukan kebijakan pemangkasan suku bunga, yang berisiko memberikan tekanan tambahan terhadap rupiah.
“Dengan kondisi ini, BI sebaiknya menahan suku bunga acuannya di 5,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur di April 2025 dan tetap menjaga fokusnya untuk upaya intervensi dalam menjaga stabilitas nilai tukar,” imbuh Riefky.