Kamis 10 Apr 2025 07:09 WIB

Perang Tarif Memanas, China Gugat AS ke WTO

Xi menyebut pemberlakuan tarif AS ke China yang semakin tinggi, kesalahan besar.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Gita Amanda
 Beijing menilai, tarif yang dicetuskan Presiden AS Donald Trump merongrong aturan perdagangan internasional. (ilustrasi)
Foto: AP Photo/Jeff Chiu
Beijing menilai, tarif yang dicetuskan Presiden AS Donald Trump merongrong aturan perdagangan internasional. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China telah membawa persoalan pemberlakuan tarif impor resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat (AS) ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Beijing menilai, tarif yang dicetuskan Presiden AS Donald Trump merongrong aturan perdagangan internasional. 

"China telah memulai proses hukum di hadapan mekanisme penyelesaian sengketa WTO," kata juru bicara Kementerian Perdagangan China, Rabu (9/4/2025), dilaporkan kantor berita Xinhua. 

 

Dia menambahkan bahwa pemberlakuan tarif oleh AS yang semakin tinggi terhadap China sejak Februari adalah kesalahan besar. "China akan dengan tegas melindungi hak dan kepentingannya yang sah sesuai dengan aturan WTO, dan dengan tegas menegakkan sistem perdagangan multilateral dan tatanan ekonomi serta perdagangan internasional," ucapnya. 

 

Pada 2 April 2025 lalu, Donald Trump mengumumkan bahwa AS akan menerapkan tarif impor 10 persen bagi produk-produk dari seluruh negara di dunia yang masuk ke AS dan mulai berlaku 5 April 2025. Selain itu Washington juga bakal mengenakan tarif tambahan lain atau tarif resiprokal ke negara-negara yang mengalami surplus perdagangan dengan AS, di mana AS mengalami defisit perdagangan dengan negara-negara terkait. 

 

China masuk dalam daftar negara yang dikenakan tarif resiprokal dengan besaran 34 persen. Kebijakan tarif resiprokal resmi diberlakukan pada Rabu (9/4/2025). 

 

Alih-alih mengambil pendekatan negosiasi, China membalas kebijakan tarif resiprokal dengan memberlakukan tarif 34 persen untuk produk-produk impor asal AS. Trump sempat memperingatkan Beijing agar membatalkan keputusannya tersebut. Trump pun mengancam akan mengenakan tarif tambahan sebesar 50 persen kepada Negeri Tirai Bambu. 

 

Dilansir laman Reuters, bara "perang dagang" antara kedua negara tersebut kian memanas ketika AS memutuskan mencekik China dengan tarif impor sebesar 104 persen. China pun masih bernyali meladeni AS dengan mengerek kembali tarif impor untuk produk-produk dari Negeri Paman Sam ke angka 84 persen. 

 

Kini AS semakin mempertajam ancamannya, Trump baru saja mengumumkan jeda untuk kebijakan tarif resiprokalnya ke banyak negara kecuali China. Di tengah keputusannya untuk menjeda kebijakan tarif, Trump justru akan memberlakukan tarif lebih besar untuk China yakni sebesar 125 persen.

 

Selain China, sejumlah negara lain juga telah mengajukan keluhan ke WTO terkait pemberlakuan tarif resiprokal AS. Mereka berpendapat, tarif tinggi yang diberlakukan Trump melanggar aturan perdagangan internasional.

 

Trump puji Xi Jinping

 

Trump sempat mengatakan Xi adalah orang yang cerdas dan kami akan membuat kesepakatan yang bagus. "Xi adalah orang yang cerdas dan kami akan berakhir dengan kesepakatan yang sangat bagus," lanjut Trump dilansir laman BBC.

 

Ia memberi tahu wartawan di Ruang Oval bahwa presiden China adalah "salah satu orang terpintar di dunia". Trump secara singkat membahas kekuatan senjata AS, dengan mengatakan "kami memiliki senjata yang bahkan tidak diketahui siapa pun", sebelum kembali memuji Xi Jinping.

 

"Xi adalah orang yang tahu persis apa yang harus dilakukan, ia mencintai negaranya. Kami akan menerima panggilan telepon pada suatu saat dan kemudian memulai perlombaan," kata Trump.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement