REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi signifikan usai libur Lebaran, menyusul sentimen negatif dari kebijakan tarif Amerika Serikat yang akan mulai diberlakukan pada Rabu (9/4/2025) waktu setempat.
"Sentimen ini tentunya terkait sentimen tarif yang targetnya akan mulai diterapkan tanggal 9 April waktu setempat, dan sudah menekan indeks negara-negara lainnya pada masa libur lebaran. Jadi koreksi IHSG baru terjadi karena sentimen negatif yang begitu banyak di libur lebaran kemarin," ujar Community & Retail Equity Analyst Lead PT Indo Premier Sekuritas, Angga Septianus kepada Republika, Selasa (8/4/2025).
Menurutnya, tekanan yang terjadi sudah direspons oleh otoritas terkait. Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengubah ketentuan batas Auto Rejection Bawah (ARB) menjadi 15 persen untuk meredam penurunan harga saham yang lebih dalam. Sementara itu, Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
"Kondisi ini sudah disikapi dengan baik oleh BEI yang menerapkan perubahan ketentuan perdagangan saham dengan batas ARB menjadi 15 persen untuk menahan penurunan, sedangkan rupiah sudah dilakukan intervensi oleh BI untuk menjaga nilai tukar tidak melemah semakin dalam," jelas Angga.
Namun, ia menilai tren pelemahan masih berpotensi berlanjut secara teknikal. Pelaku pasar global pun masih mencermati dampak kebijakan mantan Presiden AS Donald Trump terhadap kondisi ekonomi dunia, yang membuat minat investor terhadap pasar negara berkembang seperti Indonesia cenderung menurun.
"Kondisi ini diprediksi masih berlanjut dengan tren secara teknikal yang belum berubah, dan pelaku pasar masih menilai dampak dari kebijakan Trump terhadap perekonomian global, tentunya akan membuat appetite investor terhadap pasar negara berkembang seperti Indonesia akan berkurang dibanding saat ekonomi stabil," pungkasnya.