Rabu 26 Mar 2025 11:05 WIB

Ekonom: Lonjakan Rasio Dividen Jadi Cara Bank Mandiri Tarik Investor

Rasio pembagian dividen Bank Mandiri tahun buku 2024 naik signifikan jadi 78 persen.

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank Mandiri 2025 pada Selasa (25/3/2025).
Foto: Dok Bank Mandiri
Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) Bank Mandiri 2025 pada Selasa (25/3/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman mengatakan lonjakan rasio pembagian dividen Bank Mandiri menjadi 78 persen merupakan strategi untuk menarik minat investor. Rasio pembagian dividen (dividend pay out ratio) Bank Mandiri tahun buku 2024 naik signifikan menjadi 78 persen, sementara selama tahun buku 2019-2023, rasio pembagian dividen perseroan tercatat hanya 60 persen.

"Kenaikan ini tampaknya lebih mencerminkan strategi jangka pendek untuk meningkatkan daya tarik saham di mata investor," ujar Rizal saat dihubungi di Jakarta, Rabu (26/3/2025).

Baca Juga

Selain itu, ia menuturkan upaya tersebut juga dapat menambah kepercayaan para pelaku pasar terhadap prospek kinerja perseroan.

Meskipun begitu, ia menyampaikan peningkatan dividend pay out ratio tersebut harus disikapi dengan hati-hati, terutama terkait ruang fiskal perseroan.

"Langkah ini menyisakan pertanyaan mengenai ruang fiskal Bank Mandiri untuk ekspansi organik, transformasi digital, dan mitigasi risiko ke depan, khususnya dalam konteks ketidakpastian global dan domestik," kata Rizal.

Selain peningkatan rasio dividen, ia menuturkan rencana buyback saham senilai Rp 1,17 triliun juga dapat memperkuat persepsi para pelaku pasar terhadap fundamental perseroan.

Namun, ia menyatakan langkah buyback tersebut juga dapat menciptakan distorsi harga saham yang bersifat sementara, dan bukan cerminan nilai intrinsik yang sesungguhnya.

Rizal juga menyampaikan walaupun buyback dapat memperbaiki rasio keuangan terkait earnings per share (EPS) dan return on equity (ROE), tapi secara substansi langkah tersebut tidak menciptakan nilai tambah baru bagi produktivitas maupun pertumbuhan aset perusahaan.

"Jika dana yang digunakan adalah dana internal yang seharusnya bisa dialokasikan untuk peningkatan kredit UMKM, ekspansi sektor strategis, atau digitalisasi sistem perbankan, maka strategi ini patut dikritisi karena berpotensi mengorbankan misi intermediasi jangka panjang," ucapnya.

Rizal pun berharap perubahan jajaran komisaris dan direksi Bank Mandiri melalui rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) pada 25 Maret 2025, yang salah satunya posisi wakil direktur utama yang kini dipegang oleh Riduan, dapat membawa pergeseran kebijakan strategis dan penataan ulang arah manajerial.

Sementara, penunjukan kembali Darmawan Junaidi sebagai direktur utama bisa diartikan sebagai sinyal kontinuitas kinerja perseroan.

"Pasar akan membaca perubahan ini melalui aksi nyata dalam strategi ekspansi, efisiensi operasional, dan peran Bank Mandiri dalam mendukung agenda transformasi ekonomi nasional. Jika tidak diiringi dengan perbaikan tata kelola dan inovasi, maka perubahan pengurus bisa saja dinilai sekadar rotasi kelembagaan," imbuhnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement