REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) telah mengumumkan daftar garda terdepannya, Senin (24/3/2025). Thaksin Shinawatra, mantan Perdana Menteri Thailand masuk dalam jajaran Dewan Penasihat Danantara bersama Ray Dalio, Helman Sitohang, Jeffrey Sachs, dan Chapman Taylor.
Thaksin tetap menjadi sosok kontroversial dalam politik dan bisnis negaranya. Ia memimpin Thailand pada 2001-2006 yang disebut mendorong kebijakan pro-rakyat dan pertumbuhan ekonomi di pedesaan.
Di bawah kepemimpinannya, PDB Thailand naik dari 4,9 triliun baht ke 7,1 triliun baht dalam lima tahun. Ia juga menjadi figur penting dalam politik Thailand dan pernah menjabat sebagai penasihat pribadi Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim.
Dilansir Forbes, ia punya kekayaan bersih mencapai 2,1 miliar per 24 Maret 2025, dan menempati posisi 1.630 dalam daftar miliarder dunia versi Forbes. Sebagai salah satu orang terkaya di Thailand, Thaksin membangun kekayaannya melalui investasi dan kepemilikan bisnis, termasuk saham pengendali di SC Asset, sebuah perusahaan properti terkemuka di Thailand.
Thaksin juga tidak hanya dikenal sebagai tokoh politik dan pengusaha, tetapi juga sebagai mantan pemilik klub sepak bola Manchester City. Pada tahun 2007, ia membeli klub yang saat itu masih berada di papan tengah Liga Inggris dengan nilai sekitar 81,6 juta poundsterling.
Di bawah kepemilikannya, Manchester City mendatangkan beberapa pemain bintang seperti Elano, Martin Petrov, dan Geovanni, serta menunjuk Sven-Göran Eriksson sebagai pelatih. Namun, kepemilikan Thaksin di City tidak bertahan lama.
Setelah mengalami masalah hukum di Thailand dan asetnya dibekukan, ia menjual klub tersebut kepada Sheikh Mansour dari Abu Dhabi United Group pada 2008, di harga hampir tiga kali lipat. Setelah itu, Manchester City menjadi salah satu kekuatan terbesar di sepak bola dunia. Meskipun masa kepemilikannya singkat, era Thaksin dianggap sebagai titik awal kebangkitan klub sebelum memasuki era kejayaan di bawah kepemilikan baru.
Perjalanan Politik dan Pengasingan
Thaksin menjabat sebagai Perdana Menteri Thailand dari 2001 hingga 2006 sebelum digulingkan melalui kudeta militer. Setelah itu, dilansir Forbes, ia mengasingkan diri di Dubai selama 15 tahun, menghindari berbagai tuduhan hukum yang dijatuhkan terhadapnya. Namun, pada Agustus 2023, ia kembali ke Thailand dan segera ditahan atas kasus-kasus hukum yang menjeratnya.
Meskipun dijatuhi hukuman, Thaksin hanya menghabiskan enam bulan dalam tahanan, sebagian besar waktunya di rumah sakit, sebelum mendapatkan pembebasan bersyarat khusus. Kembalinya Thaksin ke Thailand menimbulkan berbagai spekulasi politik, terutama mengingat pengaruhnya yang masih kuat di kalangan pendukungnya.
Kekayaan dan Bisnis
Sebagai seorang pengusaha sukses sebelum terjun ke dunia politik, Thaksin mengumpulkan kekayaannya dari berbagai investasi, termasuk telekomunikasi, properti, dan bisnis lainnya. Ia juga tercatat sebagai salah satu dari 50 orang terkaya di Thailand pada 2024, menduduki peringkat 11, serta berada di posisi 1.545 dalam daftar miliarder dunia tahun 2024.
Selain Thaksin, keluarganya juga memiliki sejarah politik yang kuat. Kakaknya, Yingluck Shinawatra, yang juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Thailand, melarikan diri ke luar negeri pada 2017 untuk menghindari penangkapan terkait skema subsidi beras. Namun, pada Maret 2024, pengadilan Thailand akhirnya membebaskannya.
Masa Depan Thaksin Shinawatra
Meskipun sempat mengasingkan diri selama bertahun-tahun, Thaksin tetap memiliki pengaruh besar di Thailand. Kembalinya ke negara asalnya menandai babak baru dalam kariernya, baik di dunia politik maupun bisnis. Dengan kekayaan yang tetap bertahan dan jaringan yang luas, Thaksin masih menjadi sosok yang diperhitungkan dalam dinamika politik dan ekonomi Thailand. Kini ia menjadi salah satu Dewan Penasihat Danantara yang merupakan salah satu BPI terbesar di dunia dengan kelolaan aset yang perkirakan akan mencapai Rp 14 ribu triliun.