REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (19/3/2025) ditutup naik 1,42 persen atau bertambah 88,27 poin ke level 6.311. Hari ini, Kamis (20/3/2025), IHSG diperkirakan bergerak mixed dalam rentang 6.250-6.560.
Meskipun mengalami rebound, IHSG masih dibayangi oleh tekanan dari investor asing yang terus melakukan aksi jual di pasar ekuitas domestik. Sejak awal tahun, total outflow telah mencapai Rp 30 triliun. Pelaku pasar juga mencermati ketidakpastian ekonomi akibat depresiasi rupiah dan turunnya pendapatan fiskal.
"Kondisi rupiah terus tertekan meskipun DXY mengalami penurunan sejak akhir Januari 2025. Rupiah JISDOR terdepresiasi 1,8 persen ke level Rp 16.528 per dolar AS. Jika dibandingkan dengan wilayah ASEAN, seperti Singapura, Thailand, Filipina, dan Malaysia kondisi rupiah yang paling tertekan terhadap dolar AS," demikian laporan Ajaib Sekuritas yang disusun oleh Financial Expert, Ratih Mustikoningsih, Kamis (20/3/2025).
Dari faktor global, Wall Street mengalami rebound setelah The Fed kembali mempertahankan suku bunga di level 4,25-4,5 persen. Kebijakan ini sudah dilakukan dalam tiga pertemuan beruntun untuk mengantisipasi lonjakan inflasi di tengah ketidakpastian kebijakan Presiden Trump.
"Langkah ini juga mempertimbangkan angka inflasi yang masih di atas target meskipun kondisi ekonomi AS berpotensi resesi," kata Ajaib Sekuritas.
Sementara itu, bursa Asia-Pasifik bergerak terbatas menjelang keputusan suku bunga tenor pendek dan menengah dari People's Bank of China (PBOC). Di tengah kondisi pasar yang fluktuatif, Ajaib Sekuritas merekomendasikan beberapa saham pilihan, salah satunya BBNI yang berpotensi mengalami rebound. Saham ini direkomendasikan buy di harga 4.170 dengan target 4.300 dan stop loss di 4.000.
"BBNI di area support potensi reversal. Indikator stochastic crossing dan MACD bar histogram melemah terbatas indikasi rebound," jelas Ajaib Sekuritas.
Selain itu, saham ini berpotensi memberikan dividend yield 5,3 persen dengan asumsi payout ratio rata-rata dalam tiga tahun terakhir sebesar 38 persen. Pelaku pasar menantikan RUPS BBNI pada 26 Maret 2025.
Saham lain yang direkomendasikan adalah ADMR, dengan rekomendasi trading buy di harga 895, target 935, dan stop loss 820. "ADMR sideways di atas MA 5 dan 20. Indikator MACD bar histogram dalam momentum akumulasi," ungkap laporan Ajaib Sekuritas.
Berdasarkan data ekspor 2024, ADMR paling banyak mengirim produk ke Jepang (29 persen), China (16 persen), dan Korea Selatan (14 persen). Dengan demikian, kenaikan tarif impor AS atas besi dan aluminium sebesar 25 persen tidak berdampak signifikan bagi ADMR.
Selain itu, MDKA juga direkomendasikan untuk trading buy di harga 1.410 dengan target 1.460 dan stop loss 1.330. "MDKA bullish reversal berpotensi membentuk rounding bottom, Indikator MACD bar histogram melemah terbatas dalam momentum akumulasi," sebut Ajaib Sekuritas.
Saham ini didukung oleh kenaikan harga emas yang mencapai level all-time high (ATH) di 3.048 dolar AS per ounce. "Kenaikan harga emas tersebut karena naiknya permintaan akibat ketidakpastian kebijakan tarif dan potensi keterbatasan emas fisik yang tidak seimbang dengan kontrak berjangka yang diperdagangkan oleh Comex dan LBMA," jelasnya.
Ajaib Sekuritas menegaskan investasi saham memiliki risiko dan keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab investor. Investasi saham mengandung risiko dan seluruhnya menjadi tanggung jawab pribadi.