REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Danamon Indonesia Tbk mencatat laba operasional sebelum pencadangan (PPOP) sebesar Rp 8,3 triliun pada 2024 atau tumbuh 1 persen secara year on year (yoy). Sehingga, Bank Danamon menghasilkan laba bersih setelah pajak (NPAT) sebesar Rp 3,2 triliun.
Direktur Utama Bank Danamon Daisuke Ejima mengatakan bahwa tahun 2024 merupakan tahun yang penuh tantangan yang diwarnai oleh ketidakpastian dan perubahan seperti konflik global, perubahan administrasi pemerintahan, fluktuasi makroekonomi, dan seterusnya yang berdampak pada dinamika keputusan bisnis.
“Namun, meskipun banyak perubahan dan tantangan, Danamon berhasil mempertahankan momentum pertumbuhannya sepanjang tahun 2024,” kata Ejima dikutip Sabtu (22/2/2025)
Adapun pendapatan operasional konsolidasian pada 2024 tercatat menjadi Rp 18,9 triliun, meningkat lebih tinggi yakni sebesar 4 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Terkait dengan rentabilitas, Bank Danamon mencatatkan margin bunga bersih (NIM) konsolidasian sebesar 7,3 persen.
Direktur Keuangan Bank Danamon Muljono Tjandra merinci bahwa total kredit (loan) dan trade finance konsolidasian per 31 Desember 2024 mencapai sebesar Rp 189,4 triliun atau tumbuh 8 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Pertumbuhan dalam sisi kredit ini ditopang oleh pertumbuhan pada seluruh lini bisnis Danamon, yaitu segmen enterprise banking and financial institution (EBFI), small and medium enterprises (SME) banking, consumer banking, dan pembiayaan otomotif melalui Adira Finance.
Sementara itu, total dana pihak ketiga (DPK) pada 2024 tumbuh 9 persen yoy mencapai Rp 153,2 triliun. Muljono mengatakan, pertumbuhan DPK ini mendukung pertumbuhan kredit perseroan. Secara khusus, total pendanaan granular mencapai Rp 93,6 triliun atau tumbuh 8 persen yoy.
Muljono menyampaikan, Bank Danamon selalu mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan fungsi intermediasi. Hal ini ditunjukkan dari kualitas aset Bank Danamon yang tetap terjaga dengan baik pada 2024.
Rasio loan at risk (LAR), yang juga memperhitungkan perpanjangan restrukturisasi kredit terkait COVID-19, tercatat lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang kini menjadi 10,6 persen.
Rasio non-performing loan (NPL) bruto pada periode yang sama tercatat sebesar 1,9 persen, lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan rasio kecupukan NPL atau NPL coverage ratio tercatat sebesar 287,2 persen, lebih tinggi dari tahun sebelumnya sebesar 265,9 persen.