REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS mengalami tekanan. Rupiah melemah imbas kebijakan tarif baru 25 persen pada impor komoditas baja dan aluminium yang dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 75,50 poin atau 0,46 persen menuju level Rp 16.358 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (10/2/2025). Pada perdagangan sebelumnya, rupiah berada di level Rp 16.282 per dolar AS.
“Trump mengumumkan tarif baru sebesar 25 persen untuk semua impor baja dan aluminium. Langkah ini telah meningkatkan kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan perdagangan dan dampak potensialnya terhadap ekonomi global,” kata pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Senin (10/2/2025).
Selain itu, tarif balasan dari China atas barang-barang AS akan mulai berlaku hari ini, dan semakin berkontribusi pada sentimen yang lemah.
Sentimen eksternal lainnya, lanjut Ibrahim, yakni Trump telah berujar bahwa AS membuat kemajuan dengan Rusia untuk mengakhiri perang Ukraina, tetapi menolak memberikan rincian tentang komunikasi apa pun yang ia lakukan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Sanksi yang dijatuhkan pada perdagangan minyak Rusia pada 10 Januari mengganggu pasokan Moskow ke klien utamanya, China dan India.
Washington juga meningkatkan tekanan terhadap Iran pekan lalu. Departemen Keuangan AS menjatuhkan sanksi baru terhadap beberapa individu dan kapal tanker yang membantu mengirimkan jutaan barel minyak mentah Iran per tahun ke China.
“Sementara itu, investor menilai laporan inflasi Januari dari Tiongkok. Indeks harga konsumen (IHK) naik moderat pada Januari, sementara indeks harga produsen (PPI) mengalami penurunan yang konsisten. Data ini menyoroti pelemahan berkelanjutan dalam belanja rumah tangga dan aktivitas industri, pendorong utama pertumbuhan ekonomi,” jelasnya.
Ibrahim juga menyebutkan bahwa saat ini pasar tengah mencermati respons kebijakan China. Inflasi yang lemah dapat mendorong Beijing untuk meluncurkan lebih banyak langkah stimulus, seperti pemotongan suku bunga atau belanja infrastruktur untuk meningkatkan ekonominya yang lesu.