Senin 03 Feb 2025 16:17 WIB

Rupiah Loyo Hampir ke Level Rp 16.500, Perang Dagang Jadi Biang Kerok

Donald Trump disinyalir menjadi penyebab kelesuan Mata Uang Garuda.

Rep: Eva Rianti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS mengalami kejatuhan pada Senin (3/2/2025) hingga menyentuh level Rp 16.400-an per dolar AS. Perang dagang AS yang diterapkan Presiden terpilih Donald Trump disinyalir menjadi penyebab kelesuan Mata Uang Garuda.

Mengutip Bloomberg, rupiah melemah 143,50 poin atau 0,88 persen menuju level Rp 16.448 per dolar AS pada penutupan perdagangan Senin (3/2/2025). Pada penutupan perdagangan sebelumnya, rupiah berada di level Rp 16.304 per dolar AS.

Baca Juga

“Trump mengenakan tarif 25 persen pada impor Kanada dan Meksiko, bersama dengan bea masuk 10 persen pada China. Ketiga negara menolak tarif tersebut dan bersumpah untuk melakukan pembalasan. Trump telah menyampaikan tarif tersebut pekan lalu, sebelum menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukannya pada hari Sabtu,” kata Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Senin (3/2/2025).

Ibrahim mengatakan, Kanada telah merespons dengan cepat dengan menerapkan tarif balasan sebesar 25 persen terhadap impor dari AS. Sementara itu, China mengkritik keras kebijakan tersebut, meskipun masih membuka jalan untuk berdialog dengan AS agar konflik tersebut tidak semakin memburuk.

“Trump memukul China dengan tarif impor 10 persen sebuah langkah yang menjadi pertanda buruk bagi ekonomi China yang sangat bergantung pada ekspor,” tuturnya.

Dalam pernyataan resminya, Kementerian Keuangan dan Perdagangan China menyebut pihaknya akan mengajukan gugatan terhadap kebijakan tarif Trump di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Selain itu, China memperingatkan akan mengambil tindakan balasan yang belum disebutkan secara rinci, yang dijadwalkan mulai berlaku pada Selasa.

Sementara itu, data indeks harga PCE pengukur inflasi pilihan Fed naik sesuai perkiraan pada bulan Desember, data menunjukkan pada Jumat. Angka tersebut naik lebih jauh di atas target tahunan Fed sebesar 2 persen, dan juga memperhitungkan ekspektasi bahwa suku bunga AS akan tetap tinggi untuk waktu yang lebih lama.

Sentimen Dalam Negeri

Ibrahim mengatakan, kebijakan perang dagang yang diterapkan oleh AS memberi dampak negatif bagi Indonesia. Tak ayal, rupiah pun terpukul.

“Ada kekhawatiran serius atas kebijakan tarif impor yang diberlakukan AS terhadap China, Kanada, dan Meksiko. Kebijakan ini berdampak besar pada ekonomi global, sehingga pemerintah perlu berhati-hati dan mengevaluasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang saat ini dipatok di angka Rp 16.000,” jelas Ibrahim.

Ia menuturkan, ketegangan perang dagang yang meningkat menjadi perhatian bagi pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia (BI). Hal itu mengingat perekonomian nasional sangat bergantung pada perdagangan internasional. Oleh karena itu, pentingnya memahami dampak kebijakan tarif AS terhadap perekonomian, terutama dalam menghadapi potensi lonjakan inflasi.

“Perang dagang yang terjadi itu dapat makin mempersulit Indonesia untuk melakukan ekspor. Sebab ketika perang dagang terjadi, negara itu akan mengurangi produksi yang berdampak ke Indonesia selaku eksportir bahan baku,” kata Ibrahim.

Di samping itu, lanjut Ibrahim, perang dagang tersebut juga dapat membuat negara lain menyasar Indonesia dalam melakukan impor sejumlah barang yang sebelumnya dikirim ke AS atau China. Hal itu memanfaatkan keterbukaan perekonomian Indonesia.

“Selain itu, perang dagang ini memperlemah ekspor Indonesia yang kemudian berdampak pada neraca perdagangan Indonesia,” ungkapnya.

Dengan memperhatikan sentimen kondisi perang dagang AS yang kian memanas dan dampaknya bagi mata uang emerging market, Ibrahim memprediksi bahwa rupiah akan melanjutkan pelemahan pada perdagangan berikutnya, Selasa (4/2/2025).

“Diprediksi untuk perdagangan besok (Selasa, 4 Februari 2025), mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.430—Rp 16.500 per dolar AS,” tutupnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement