Kamis 16 Jan 2025 14:28 WIB

BI Pangkas Suku Bunga Jadi 5,75 Persen, Perbankan Optimistis Prospek Ekonomi Cerah  

Penurunan suku bunga BI akan mendorong likuiditas yang lebih longgar pada 2025.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan keputusan menurunkan suku bunga diambil dengan mempertimbangkan dinamika ekonomi global dan domestik. (ilustrasi)
Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan keputusan menurunkan suku bunga diambil dengan mempertimbangkan dinamika ekonomi global dan domestik. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) resmi menurunkan suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75 persen pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) Januari 2025. Kebijakan ini diambil untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas sektor keuangan.  

Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan keputusan ini diambil dengan mempertimbangkan dinamika ekonomi global dan domestik, termasuk inflasi yang rendah serta stabilitas nilai tukar rupiah. “Inflasi 2024 tercatat rendah dan diperkirakan akan tetap berada dalam target 2,5±1 persen selama dua tahun ke depan. Nilai tukar rupiah juga stabil, sehingga ruang untuk menurunkan suku bunga terbuka,” ujar Perry di Kompleks BI, Rabu (15/1/2025).  

Baca Juga

Langkah ini disambut positif oleh perbankan, termasuk Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Mandiri. Keduanya optimistis penurunan suku bunga akan membawa dampak positif bagi perekonomian.    

Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengungkapkan, penurunan suku bunga BI akan mendorong likuiditas yang lebih longgar pada 2025. Menurutnya, ini akan menjadi sinyal positif bagi sektor perbankan.

“Mudah-mudahan likuiditas tahun ini tidak seketat 2024. Dengan penurunan suku bunga BI, likuiditas valas juga akan bertambah, sehingga mendukung pertumbuhan kredit,” jelas Royke saat ditemui usai Acara BNIDirect Appreciation Night di Hotel Mulia Senayan, Jakarta, Rabu (15/1/2025) malam. 

Ia menambahkan, program pemerintah yang terus berjalan dengan baik akan menjadi faktor pendorong bisnis perbankan. “Tekanan likuiditas memang sempat menjadi tantangan, tapi penurunan suku bunga ini memberikan harapan baru. Kredit akan tumbuh karena kebutuhan masyarakat meningkat,” katanya.  

Senada dengan BNI, Bank Mandiri juga melihat kebijakan BI ini sebagai langkah strategis. Corporate Secretary Bank Mandiri M Ashidiq Iswara menilai, penurunan suku bunga akan memperkuat permintaan kredit sekaligus mendorong pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK).  

“Peningkatan likuiditas di pasar berpotensi mengurangi biaya dana (cost of fund), yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Kami optimis sektor perbankan akan semakin kokoh dengan langkah BI ini,” ujar Ashidiq kepada Republika.

Selain faktor global, Perry menyoroti pentingnya menjaga momentum pertumbuhan ekonomi domestik. BI memperkirakan ekonomi Indonesia pada 2025 tumbuh di kisaran 4,7–5,5 persen, sedikit lebih rendah dari proyeksi sebelumnya. Oleh karena itu, penurunan suku bunga diharapkan mampu menciptakan cerita pertumbuhan yang lebih baik.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement