REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pengembangan Big Data Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto menegaskan dalam 100 hari pertama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, prioritas utama yang harus dilakukan adalah membangkitkan daya beli masyarakat. Menurutnya, pemulihan konsumsi rumah tangga menjadi kunci untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang saat ini stagnan di angka sekitar lima persen.
Bila daya beli masyarakat tertekan, maka dapat menghambat perekonomian Indonesia, yang lebih dari separuhnya bergantung pada konsumsi rumah tangga. Ia mencatat bahwa selama beberapa triwulan terakhir, konsumsi rumah tangga Indonesia terus menunjukkan angka yang lebih rendah dari laju pertumbuhan ekonomi.
"Saat ini, konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,9 persen yang jauh lebih rendah dari angka pertumbuhan ekonomi kita. Ini harus menjadi perhatian serius, karena kalau daya beli tidak segera dibangkitkan, kita akan kesulitan untuk mencapai target-target ekonomi yang lebih tinggi," ujar Eko dalam Diskusi Publik dengan tema “Arah Kebijakan Menuju Ekonomi 8 Persen” yang digelar secara daring, Senin (18/11/2024).
Adapu langkah pertama yang harus diambil oleh pemerintahan baru adalah memberikan stimulus ekonomi yang tepat untuk meningkatkan daya beli masyarakat. Eko juga mengingatkan, kebijakan yang fokus pada peningkatan pungutan atau pajak justru akan menambah beban masyarakat, yang saat ini sudah menghadapi tekanan dari inflasi dan biaya hidup yang tinggi.
"Di awal pemerintahan, yang harus dilakukan adalah memberikan stimulus yang bisa langsung dirasakan masyarakat, bukan justru menambah pungutan yang akan semakin menekan daya beli mereka. Jika kita ingin melihat pertumbuhan ekonomi yang sehat, maka konsumsi rumah tangga harus dipulihkan," tegas Eko.
Lenih lanjut ia menjelaskan, konsumsi rumah tangga merupakan salah satu pilar utama perekonomian Indonesia, dengan kontribusi yang lebih dari 50 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) negara. Oleh karena itu, pemulihan daya beli menjadi hal yang sangat penting untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Jika daya beli masyarakat tertekan, maka konsumsi rumah tangga yang menjadi motor penggerak ekonomi juga akan terhambat. Pemerintah harus fokus pada pemulihan daya beli ini agar sektor konsumsi kembali bergerak dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi," ujar Eko.
Guna mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dan berkelanjutan, Indonesia harus dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga, yang saat ini menjadi faktor utama pendorong ekonomi. Namun, ia mengingatkan bahwa langkah-langkah yang diambil harus bersifat jangka panjang dan tidak hanya mengandalkan kebijakan-kebijakan jangka pendek.
"Kebijakan yang diambil harus memperhatikan keberlanjutan dan dampaknya terhadap perekonomian dalam jangka panjang. Ini bukan hanya soal meningkatkan angka konsumsi dalam waktu singkat, tetapi bagaimana membangun fondasi ekonomi yang kuat yang bisa bertahan dalam jangka panjang," tegas Eko.
Eko menambahkan, selain stimulus ekonomi, pemerintah juga perlu melaksanakan reformasi struktural yang dapat meningkatkan efisiensi ekonomi dan menurunkan biaya produksi, yang pada gilirannya akan membuat barang dan jasa lebih terjangkau bagi masyarakat.
"Reformasi yang mendukung pengurangan biaya logistik dan meningkatkan daya saing industri domestik juga akan sangat membantu. Jika biaya produksi turun, harga barang-barang akan lebih terjangkau, yang secara langsung akan mendongkrak daya beli masyarakat," tegas Eko.