Jumat 25 Oct 2024 19:28 WIB

Rupiah Tertekan, Terdampak Dinamika Pilpres AS dan Tensi Geopolitik Iran-Israel

Mata uang rupiah ditutup melemah 62,5 poin atau 0,40 persen.

Rep: Eva Rianti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Warga menukarkan uang rupiah di money changer.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Warga menukarkan uang rupiah di money changer.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mata uang rupiah ditutup melemah 62,5 poin atau 0,40 persen menuju level Rp 15.646,5 per dolar AS pada akhir perdagangan Jumat (25/10/2024). Pengamat menilai faktor yang memengaruhi pelemahan rupiah diantaranya adalah dampak dari dinamika Pilpres Amerika Serikat (AS) dan tensi geopolitik antara Iran dan Israel.

“Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump terlihat mengungguli Wakil Presiden (dari Partai Demokrat) Kamala Harris, menurut jajak pendapat dan prediksi pasar terkini,” kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya, Jumat (25/10/2024).

Baca Juga

Hasil jajak pendapat tersebut menyebabkan kekhawatiran investor menjelang Pilpres AS 2024. Diantara gambaran yang akan terjadi apabila Trump menang dalam kontestasi tersebut adalah terjadinya peningkatan inflasi akibat kebijakan pajak dan tarif Trump, yang kemudian membuat The Fed akan susah untuk memangkas suku bunga.

Selain faktor kekhawatiran pasar mengenai hasil jajak pendapatan Pilpres AS, Ibrahim juga mengungkapkan sentimen lain yang mengakibatkan pelemahan rupiah yakni ketegangan di Timur Tengah.

“Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah juga menekan selera risiko, setelah Israel menyampaikan retorika keras terhadap Iran minggu ini,” ungkapnya.

Ibrahim menyebut, para pedagangan saat ini tengah menunggu respons Israel terhadap serangan rudal Iran pada 1 Oktober 2024, yang mungkin melibatkan serangan terhadap infrastruktur minyak Teheran dan mengganggu pasokan. Meskipun laporan mengatakan, Israel akan menyerang target militer Iran, bukan target nuklir atau minyak.

Para pejabat AS dan Israel akan memulai kembali perundingan untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza dalam beberapa hari mendatang. Upaya sebelumnya untuk mencapai kesepakatan telah gagal.

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Kamis bahwa AS tidak menginginkan kampanye Israel yang berlarut-larut di Lebanon, sementara Prancis telah menyerukan gencatan senjata dan fokus pada diplomasi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement