REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hubungan dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) semakin erat. Nilai perdagangan kedua negara tercatat meningkat cukup tinggi dalam beberapa tahun terakhir.
Untuk memperkuat hubungan dagang, Duta Besar AS untuk Indonesia Kamala Shirin Lakhdhir pada pertengahan pekan melakukan pertemuan dengan Menteri Perdagangan RI Zulkifli Hasan di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta. Pertemuan itu fokus pada peluang untuk memajukan hubungan perdagangan AS-Indonesia.
Topik diskusi meliputi tujuan ekonomi yang ditetapkan dalam Kemitraan Strategis Komprehensif AS-Indonesia dan pembaruan peraturan impor dan ekspor terkini yang mempengaruhi perdagangan dan perniagaan di Indonesia.
"Perdagangan dua arah antara Amerika Serikat dan Indonesia meningkat dari 29 miliar dolar AS pada tahun 2018 menjadi 40,5 miliar dolar AS pada tahun 2023," kata juru bicara Kedutaan Besar AS Jamie Ravetz dalam pernyataan Kedutaan Besar AS untuk Indonesia, seperti dikutip pada Ahad (6/10/2024).
Ravet menambahkan peningkatan 40 persen yang hanya dalam waktu lima tahun tersebut menunjukkan semakin pentingnya hubungan ekonomi kedua negara dan punya ruang untuk tumbuh. Ravetz mengatakan AS juga menyambut baik upaya Indonesia untuk menarik lebih banyak investasi berkualitas tinggi.
"Dan kami menghargai upaya Indonesia untuk memperjuangkan Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (IPEF) guna mengatasi tantangan abad ke-21, seperti transformasi digital, ketahanan rantai pasokan, dan transisi energi bersih," tambahnya.
Pada awal bulan lalu, AS meluncurkan Kesepakatan Infrastruktur dan Keuangan Indonesia senilai 649 juta dolar AS atau lebih dari Rp 10 triliun dalam bentuk hibah lima tahun. Kesepakatan ini merupakan kerja sama antara Millennium Challenge Corporation (MCC), badan bantuan luar negeri pemerintah AS, dan Pemerintah Indonesia.
Hibah ini diharapkan dapat melipatgandakan bantuan pembangunan AS untuk Indonesia selama lima tahun ke depan, menambah bantuan pembangunan dari Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) sekitar 130 juta dolar AS per tahun.
“Fokus dari kesepakatan ini adalah pembiayaan campuran untuk infrastruktur publik, dan akses ke pembiayaan untuk usaha kecil milik perempuan. Ini merupakan bukti kecerdikan dan kecanggihan kemitraan AS-Indonesia,” kata Duta Besar AS untuk Indonesia Kamala S Lakhdhir pada 4 September lalu.
Ia menambahkan Indonesia membutuhkan investasi triliunan dolar AS dalam infrastruktur yang bersih dan berkelanjutan untuk mendukung ekonominya yang berkembang pesat. Mobilisasi modal swasta melalui pembiayaan campuran menjadi sangat penting.
"UMKM merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia yang berkembang pesat, dan sebagian besar dimiliki oleh perempuan. Akses pembiayaan yang lebih baik akan membantu mereka mengembangkan usaha kecil mereka," tambahnya.