REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mendapat tugas penting. Ini sehubungan dengan pernyataan Presiden Terpilih Prabowo Subianto yang menyebut Indonesia mempercepat penggunaan B50.
Solar ramah lingkungan. Sosok yang kini bertugas sebagai Menteri Pertahanan itu mengatakan penggunaan B50 bisa membuat negara mengurangi impor sekitar 20 miliar dolar Amerika Serikat (AS) per tahun atau lebih dari Rp 300 triliun.
Secara teknis ini perihal pengembangan biodisel, campuran solar dengan sawit B50. Menurut Prabowo, targetnya B50 bisa disalurkan ke seluruh tanah air paling cepat pada akhir 2024, dan paling lambat, tahun depan. Seperti disinggung di atas, cara demikian, dinilai bisa menghemat pengeluaran negara.
Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE) Sahid Junaidi turut menyinggung hal itu. Sebuah target besar harus segera direalisasikan. Tentu saja Kementerian ESDM bekerja sama dengan berbagai pihak terkait.
"Kita tahu, Presiden terpilih di Kongres PAN tadi malam menyampaikan bahwa kita menuju B50. Ini menjadi tantangan kita untuk mewujudkan misi Presiden Terpilih itu," kata Sahid dalam Konferensi Pers peluncuran awal Indonesia Sustainable Energy Week (ISEW) 2024, di Future City Hub - Jakarta Smart City, Kebon Sirh, Jakarta, Senin (26/8/2024).
Ia menegaskan, pada intinya, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar. Itu tersebar dari Sabang-Merauke. Ada energi yang berasal dari solar. Ini potensinya mencapai 3294 gigwatt (GW). Baru dimanfaatkan sekitar 675 megawatt (MW). Lalu energi angin, potensinya mencapai 155 GW. Baru dimanfaatkan sekitar 152 MW.
Berlanjut ke energi air (Hidro), potensinya mencapai 95 GW. Baru dimanfaatkan sekitar 6.697 MW. Kemudian Bioenergy (Biodiesel dan Bioehanol), potensinya mencapai57 GW. Saat ini baru dimanfaatkan sekitar 3408 MW.
Lalu Geothermal, potensinya mencapai 23 GW. Baru 2.597 MW yang digunakan. Lalu upaya mengkonversi batubara menjadi produk gas (COAL Gassification) sudah sekitar 250 MW.
"Dengan total kapasitas ini potensinya adalah 3.687. Itu asil survei pada tahun 2021. Sekarang kami di Kementerian ESDM akan mempunyai program untuk mengupdate potensi ini sehingga lebih akurat untuk menarik investasi," ujar Sahid.
Secara keseluruhan, potensi berbagai sumber EBT yang termanfaatkan baru sekitar 13,781 atau atau 0,3 persen. Ini menjadi tantangan bersama agar bisa terus dioptimalisasi. Menurutnya, tentu harus berkolaborasi dengan semua stakeholder, baik pemerintah, LSM, media, akademisi, dan sebagainya.