REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar Strategi Pariwisata Nasional Taufan Rahmadi mengatakan fenomena peretasan akun Google bisnis hotel-hotel memiliki dampak negatif bagi wisatawan dan implikasi terhadap reputasi industri pariwisata Indonesia. Taufan menyampaikan salah satu dampak buruk kasus tersebut menyebabkan informasi yang tidak akurat.
"Jika peretasan mengubah informasi di akun Google Bisnis hotel, seperti alamat atau nomor telepon, wisatawan dapat mengalami kesulitan dalam menemukan atau menghubungi hotel. Ini dapat memengaruhi perjalanan mereka," ujar Taufan saat dihubungi Republika di Jakarta, Rabu (13/8/2024).
Taufan mengatakan peretasan ini juga mengarah kepada unsur penipuan. Menurut Taufan, peretasan dapat digunakan untuk melakukan penipuan terhadap wisatawan.
"Misalnya, peretas dapat mengirim email palsu yang mengaku berasal dari hotel dan meminta informasi pribadi atau pembayaran," ucap Taufan.
Taufan mengimbau wisatawan harus berhati-hati dan memverifikasi setiap permintaan sebelum mengambil tindakan. Taufan menyebut peretasan juga akan membuat wisatawan tidak nyaman untuk melakukan perjalanan.
"Jika akun hotel diretas dan informasi pribadi wisatawan terpapar, ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi mereka. Mereka mungkin merasa tidak aman dan khawatir tentang privasi mereka," sambung Taufan.
Taufan mengatakan fenomena tersebut akan memberikan pengalaman buruk bagi wisatawan. Hal ini tentu tidak baik bagi perkembangan sektor pariwisata Indonesia.
"Oleh karena itu, penting bagi hotel untuk segera mengambil tindakan untuk memperbaiki situasi ini dan memberikan informasi yang jelas kepada wisatawan tentang langkah-langkah yang diambil untuk mengatasi peretasan," lanjut Taufan.
Selain bagi wisatawan, Taufan menyampaikan peretasan ini juga akan merugikan para pelaku usaha perhotelan. Taufan mencatat lima dampak peretasan terhadap industri pariwisata dalam negeri, yakni reputasi, kepercayaan wisatawan, ketidaknyamanan bagi wisatawan, dampak pada pemasaran, dan kerja sama dengan asosiasi pariwisata.
"Hotel-hotel yang terdampak dapat mengalami kerusakan reputasi. Jika informasi di akun Google Bisnis mereka salah atau disalahgunakan, ini dapat memengaruhi persepsi wisatawan tentang kualitas dan keamanan hotel," ucap Taufan.
Taufan menyampaikan wisatawan mengandalkan informasi di platform seperti Google Bisnis untuk memilih akomodasi. Jika ada ketidakakuratan atau penipuan, wisatawan mungkin merasa tidak percaya dan beralih ke opsi lain.
"Jika informasi hotel berubah karena peretasan, wisatawan dapat mengalami ketidaknyamanan. Mereka mungkin kesulitan menemukan hotel atau menghubungi staf," sambung Taufan.
Menurut Taufan, manajemen hotel harus segera mengambil tindakan untuk memperbaiki informasi yang salah. Hal ini melibatkan pembaruan di Google Bisnis dan komunikasi aktif dengan wisatawan.
"Hotel-hotel yang terkena dampak sebaiknya berkoordinasi dengan asosiasi pariwisata setempat. Mereka dapat memberikan panduan lebih lanjut dan membantu dalam mengatasi situasi ini. Semua pihak terlibat harus bekerja sama untuk memastikan keamanan data dan informasi serta melindungi kepercayaan wisatawan," kata Taufan.