REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Menjawab kebutuhan petani akan pupuk ramah lingkungan untuk mendukung pertanian berkelanjutan, IPB University meluncurkan ‘Provibio Botani’ yakni pupuk hayati multiguna pada Rabu (15/5) di Desa Kragilan, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.
Pupuk hayati multiguna Provibio Botani yang ditemukan oleh inovator IPB University, Prof Dwi Andreas Santosa mengandung sembilan mikroba fungsional yang memiliki beragam manfaat, salah satunya untuk meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah. Pupuk ini dapat meningkatkan produktivitas atau hasil panen tanaman (pada padi secara umum meningkatkan produksi 1-3 ton GKP/hektare).
Selain itu, Provibio Botani mampu mengurangi penggunaan pupuk kimia sebesar 25-30 persen (tergantung varietas dan kondisi awal tanah), mempercepat pengomposan (hanya perlu waktu dua pekan) dan membuat kompos bermutu tinggi (tailored compost), serta membuat tanaman lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Khusus pemanfaatan kombinasi penggunaan pupuk hayati multiguna Provibio Botani dengan Benih Varietas Unggul Type Baru (VUTB) IPB 3 Sakti (IPB3S) atau IPB 9 Garuda (IPB9G), akan menghemat penggunaan pupuk kimia antara 30-40 persen (tergantung kondisi awal tanah) dan hemat air 10-20 persen.
Rektor IPB University Prof Arif Satria menyampaikan tentang pentingnya penggunaan pupuk ramah lingkungan dalam kaitannya dengan Pertanian Cerdas Iklim atau Climate Smart Agriculture (CSA). Ia mengatakan, pupuk ini memiliki peran strategis dalam menghadapi berbagai tantangan pertanian masa depan.
“Tantangannya adalah ketergantungan terhadap pupuk kimia dan pestisida yang semakin tinggi, penurunan kualitas dan produktivitas tanah pertanian, terganggunya ekologi tanah, dan terjadinya perubahan iklim,” ucapnya.
Lebih lanjut Prof Arif mengatakan setiap kenaikan suhu akan menurunkan hasil produktivitas padi. Inovasi pupuk ini adalah solusi untuk perubahan iklim karena dapat meningkatkan produktivitas padi hingga 0,5-1,5 ton per hektare, sebuah peningkatan yang signifikan.
“Pada tahun 2024, subsidi pupuk mencapai 9,7 juta ton. Dengan inovasi pupuk Provibio Botani, kita bisa menghemat anggaran untuk subsidi pupuk sebesar 25 persen. Perguruan tinggi bertugas menghasilkan inovasi dan mencetak inovator yang memanfaatkannya untuk dampak positif,” tuturnya.
Dalam acara ini, Bupati Sukoharjo Hj Etik Suryani, SE, MM mengungkapkan dukungannya kepada IPB University dan PT Botani Seed Indonesia dalam peluncuran pupuk hayati multiguna Provibio Botani di Kabupaten Sukoharjo.
Ia mengatakan, Kabupaten Sukoharjo adalah lumbung padi di Jawa Tengah. Surplus beras di wilayah ini merupakan hasil dari keberhasilan berbagai pihak dalam mengupayakan inovasi teknologi baru di bidang pertanian, sehingga mampu memenuhi kebutuhan produksi di Jawa Tengah.
“Saya ucapkan terima kasih, semoga adanya pupuk ini dapat diterima dengan baik oleh para petani kami dan semoga pupuk ini mampu mendukung produktivitas padi di Kabupaten Sukoharjo. Saya berharap demplot ditambah luasnya juga di 11 kecamatan lainnya di Kabupaten Sukoharjo,” tuturnya.
Kepala Australia Indonesia Partnership for Promoting Rural Income through Support for Markets in Agriculture (AIP-PRISMA), Ivan Iskandar mengatakan bahwa untuk pertanian padi penggunaan pupuk kimia Urea dan NPK masing-masing 80 persen dan 20 persen lebih tinhgi dari dosis anjuran Kementerian Pertanian. Sebaliknya, penggunaan pupuk organik lebih rendah 25 persen dari dosis anjuran.
“Semoga peluncuran pupuk Provibio Botani menjadi sebuah momentum perubahan praktik pertanian yang lebih baik dan memberikan manfaat bagi petani di Indonesia,” ucapnya.
Pimpinan PT Botani Seed Indonesia, Dadang Syamsul Munir juga secara khusus berterima kasih kepada PRISMA (Program kemitraan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia untuk pertumbuhan pasar pertanian di Indonesia), yang telah mendukung IPB University dalam mempromosikan dan mengedukasi petani untuk menggunakan pupuk hayati multiguna.
Pupuk hayati multiguna ‘Provibio Botani’ telah diperkenalkan ke petani-petani kecil di lebih dari 20 kota dan kabupaten di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Perwakilan petani, Wignyo mengungkapkan pupuk Provibio Botani ini bermanfaat untuk tanaman padi dengan mengurangi patah leher dan penggunaan pupuk kimia hingga 60 persen.
“Padi yang dihasilkan lebih pulen dan dapat bertahan dua hingga tiga hari tanpa basi. Selain itu, pupuk ini juga menghemat biaya dan mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia,” jelasnya.
Dalam acara ini, Rektor IPB University bersama Bupati Sukoharjo secara resmi melakukan peluncuran komersialisasi pupuk hayati multiguna di depan lebih dari 200 petani padi dari wilayah Kabupaten Sukoharjo. Acara ini dihadiri oleh jajaran Kementerian Pertanian, Bappenas, Bulog, Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sukoharjo, Gabungan Kelompok Tani dari Desa Kragilan dan se wilayah Kabupaten Sukoharjo.